TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan lebih rentan mengalami pengeroposan tulang atau osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu disebabkan oleh pengaruh hormonal saat seorang wanita mengalami menopause atau berakhirnya siklus menstruasi yang biasanya terjadi saat memasuki usia 45 hingga 55 tahun.
Demikian kata dokter spesialis tulang dari RS Medistra Kiki Novito dalam sebuah webinar kesehatan pada Jumat, 10 Juni 2022.
"Osteoporosis itu pada wanita bisa terjadi lebih cepat, karena adanya perubahan hormonal saat menopause," ujar Kiki.
Diketahui, osteoporosis merupakan suatu kondisi tulang yang melemah, rapuh, dan berisiko tinggi untuk patah. Biasanya, patah tulang karena osteoporosis paling sering terjadi pada tulang belakang, pergelangan tangan, pangkal lengan, dan panggul.
Kiki menjelaskan bahwa sebenarnya, tulang manusia mengalami remodeling atau pergantian tulang yang sudah tua menjadi tulang yang baru. Proses yang terjadi seumur hidup itu, kata Kiki, sangat dipengaruhi oleh hormon seks yakni estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki.
"Pada wanita, proses remodeling tulang itu sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Sedangkan kalau pria kan hormon seksnya bertahan lebih lama, bisa sampai umur di atas 65 atau 70. Sehingga pada wanita, osteoporosis itu lebih cepat (menyerang)," jelas Kiki.
Namun, Kiki juga mengingatkan bahwa hormon seks bukan satu-satunya yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengalami pengeroposan tulang.
Dia mengatakan, osteoporosis juga dapat dipengaruhi oleh gaya hidup tidak sehat seperti kurang bergerak, memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, dan kurang mengonsumsi kalsium dan vitamin D. Selain itu, lanjut dia, ada pula faktor penyebab osteoporosis yang tak bisa dihindari yaitu pengaruh genetik.
Kiki pun menjelaskan ada beberapa terapi osteoporosis yang dapat dilakukan. Di antaranya, latihan beban untuk memicu kerja sel yang berfungsi membentuk tulang sehingga dapat mencegah tulang menjadi lemah.
"Belum ataupun sudah didiagnosa osteoporosis, mesti lakukan latihan beban. Jadi enggak boleh hanya cukup berenang saja atau main sepeda statis saja, tapi harus ada unsur jalan, ada unsur main beban," ujar Kiki.
Selain itu, juga mengonsumsi bifosfonat atau kelompok obat yang dapat mengobati penyakit osteoporosis. Obat-obatan ini, kata Kiki, berfungsi menambah massa tulang. Namun, dia menyarankan, jika Anda ingin mengonsumsi bifosfonat, maka Anda harus melakukan kontrol rutin dengan dokter.
“Karena kalau kebanyakan bifosfonat, tulang itu bisa lebih fragile, sehingga dia bisa patah sendiri,” ujar Kiki.
"Kemudian ada hormonal replacement therapy (HRT) yang cukup baik untuk osteoporosis terutama untuk wanita yang baru mengalami menopause, tapi tentunya juga harus dikonsultasikan dengan dokter, untuk mengetahui apakah ada risiko terjadi kanker," pungkasnya.
ANTARA
Baca juga: 5 Kebiasaan Buruk yang Meningkatkan Risiko Osteoporosis
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.