TEMPO.CO, Jakarta - Keragaman budaya Indonesia dapat digambarkan dari banyak aspek, termasuk dari segi kuliner. Salah satu kuliner khas daerah di Indonesia yang telah dikenal luas adalah pempek dari Palembang.
Pempek terbuat dari ikan yang digiling dan dicampur dengan tepung sagu. Makanan ini biasa disajikan dengan kuah cuko yang memiliki rasa manis, asam, dan pedas.
Dalam buku Pempek Palembang yang ditulis oleh Efrianto, Zusneli Zubir dan Maryetti, disebutkan bahwa pempek sudah ada sejak abad VII pada masa Kerajaan Sriwijaya. Pernyataan tersebut didukung oleh penemuann prasasti Talangtuo yang menyatakan bahwa masyarakat Palembang telah mengenal tanaman sagu.
Informasi lain menyatakan bahwa pempek merupakan karya budaya masyarakat Kayu Agung yang gemar berdagang. Mereka kerap mendapatkan sagu dari masyarakat di bandar dagang yang mereka singgahi.
Setelah itu, para pedangang memiliki ide untuk mencampurkan sagu dengan ikan yang mereka tangkap ketika berlayar dari satu bandar ke bandar lain. Makanan tersebut dibuat sebagai bekal saat berdagang.
Awalnya, pempek dikenal dengan nama kelesan. Nama ini diambil dari cara pembuatannya, yakni daging ikan dikeles (ditekan-tekan di atas alas yang menyerupai papan cucian).
Perubahan nama kelesan menjadi pempek diperkirakan terjadi pada tahun 1920-an. Perubahan tersebut terjadi karena seorang laki-laki dari etnis Tionghoa bernama Apek yang berjualan di sekitar Masjid Agung Palembang.
Apek biasa berjualan dengan menaiki sepeda. Ia akan berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya. Orang-orang yang ingin membeli dagangan Apek akan memanggilnya dengan sebutan “pek-apek”. Lama-lama sebutan itu lalu berkembang menjadi pempek.
SITI NUR RAHMAWATI
Baca juga: Kuliner Khas Palembang, Kenali Bedanya Pempek dan Model