TEMPO.CO, Jakarta - Lego termasuk salah satu mainan yang disukai anak-anak sampai orang dewasa. Ketika orang tua menyusun keping Lego bersama anak, ada kalanya orang tua mengomentari karya atau bentuk Lego buatan buah hatinya.
Marketing Director The Lego Group di Asia Tenggara, Rohan Mathur mengatakan, sejatinya tidak ada kreasi Lego yang benar atau salah. "Setiap orang bebas berekspresi melalui kreasi mereka," kata Rohan dalam jumpa pers daring "Rebuild The World #BebaskanKreasimu!" pada Kamis, 30 September 2021.
Yang penting dari bermain Lego, menurut dia, adalah bersenang-senang bersama dengan membangun keping lego bersama keluarga dan teman. Adapun tema Bebaskan Kreasimu, Rohan melanjutkan, terinspirasi dari manfaat ketika anak-anak bermain dengan keping Lego. Saat itu, mereka dapat berimajinasi sambil mengembangkan keterampilan.
Ilustrasi anak bermain Lego. Dok. Lego
Senada dengan Rohan, konselor anak dan pernikahan, Rensia Sanvira mengatakan ada empat skill yang dapat diasah saat bermain lego. Skill atau keterampilan dasar ini penting sebagai bekal anak saat dewasa nanti. Empat keterampilan itu adalah membuat perencanaan, mengambil keputusan, mengasah kreativitas, dan belajar memecahkan masalah.
Soal perencanaan, anak yang hendak bermain lego akan berimajinasi bentuk apa yang bakal dibuat. Setelah itu, anak harus menyesuaikan antara bentuk yang dia bayangkan atau inginkan dengan bahan yang tersedia. Apabila ini terjadi, maka anak harus belajar memecahkan masalah.
Ilustrasi orang tua dan anak bermain Lego. Dok. Lego
"Orang tua jangan mengiterupsi kreativitas anak. Jangan sedikit-sedikit ingin membantu anak, misalkan "biar mama buatkan saja". Jangan begitu," ujarnya. "Kita harus memberi kesempatan anak membuat sesuatu."
Mengenai kreativitas saat menyusun keping Lego, menurut Rensia mengatakan, biarkan anak memadupadankan segala bahan, warna, dan bentuk sesuai keinginan mereka. Dan ketika ada persoalan dengan bentuk kepingan tadi, ajak anak mencari solusi sendiri. "Anak yang tidak mencari solusi, maka dia akan marah atau tantrum," katanya.
Baca juga:
Survei: 94 Persen Anak Menyatakan Belajar Pengalaman Baru Saat Bermain