TEMPO.CO, Jakarta - Selama pandemi Covid-19, banyak orang yang memilih tidak mengenakan bra di rumah atau memakai bra olahraga. Meski manyandang nama olahraga, bra ini tidak eksklusif dibuat untuk berlari, latihan di gym, atau aerobik. Banyak orang memakai bra olahraga saat beraktivitas di rumah atau menjalankan tugas, dan hampir seperempatnya memakainya untuk bekerja.
Tapi bisakah memakai bra olahraga dipakai selama 24 jam? Ada mitos yang bahwa bra ini menyebabkan masalah seperti kendur, nyeri, berjerawat atau bahkan kanker payudara. Cek faktanya.
1. Bikin payudara kendur
Roshani Patel, ahli bedah payudara onkologi di Dartmouth-Hitchcock Medical Center, Amerika Serikat, mengatakan bahwa payudara dapat berubah bentuk karena struktur dalam jaringan payudara yang disebut ligamen Cooper (ini seperti karet gelang yang membantu memberikan daya angkat dan dukungan) menjadi lebih longgar seiring bertambahnya usia. “Apa pun yang menyebabkan tekanan pada ligamen Cooper dapat mengubah bentuknya."
Contoh utama dari hal ini adalah free-boobing, atau mengenakan bra yang tidak cukup mendukung sehingga payudara menggantung, meregangkan ligamen ini.
Baca juga:
Karena bra olahraga umumnya menahan lebih kencang daripada bra biasa, banyak yang berpikir bahwa bra ini bisa mencegah dari kendur. Patel mengatakan meski secara teori itu benar, tidak ada data klinis tentang ini.
2. Menyebabkan nyeri payudara
"Tidak ada data klinis yang baik untuk menunjukkan hal ini," kata Patel. Sebaliknya, bra olahraga yang pas dikaitkan dengan kenyamanan payudara. "Bra underwire dapat memberikan tampilan yang lebih terangkat, tetapi tidak semua bra underwire memberikan dukungan yang baik - akibatnya, jika ukuran payudara yang lebih besar, ini dapat menyebabkan tekanan pada otot yang berada di belakang payudara (otot pektoralis) dan menyebabkan rasa sakit," kata Patel.
3. Risiko kanker payudara
Tidak bukti bahwa tekanan ekstra bra olahraga yang ketat dapat mencegah tubuh melepaskan racun, yang menyebabkan penyakit. "Mengenakan bra olahraga sepanjang waktu tidak menekan kelenjar getah bening atau menyebabkan kanker," kata Patel.
Bahkan, dia sebenarnya merekomendasikan bra kompresi untuk pasien kanker payudara untuk membantu mencegah limfedema payudara (pembengkakan payudara karena drainase limfatik yang buruk) setelah operasi dan radiasi.
Meski banyak mitos tentang bra ini, ada beberapa fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu contohnya, penyuka bra olahraga mungkin akan mengalami jerawat karena keringat.
"Ketika mengering, keringat meninggalkan garam mineral, termasuk natrium, kalium dan klorida," kata ahli bedah kulit Teo Soleymani, instruktur klinis ilmu kesehatan di UCLA Health. "Garam mineral bisa sangat mengiritasi kulit," kata Soleymani. Jerawat atau ruam biasanya muncul di lipatan payudara, di antara belahan dada atau di bawah lengan Anda.
Untuk mencegahnya, segera ganti bra olahraga yang terkena keringat atau sudah berbau.
Mengenakan bra olahraga yang terlalu ketat juga menimbulkan masalah kulit lainnya. Diantaranya: dermatitis iritan, ruam akibat gesekan berulang; dan acne mechanicala, jerawat yang disebabkan oleh panas dan gosokan.
Orang dengan kulit sensitif atau yang cenderung berjerawat atau eksim memiliki risiko lebih besar untuk mengalami reaksi terkait bra olahraga. Jadi jika memiliki masalah kulit, sebaiknya mengenakan bra olahraga saat berolahraga.
Bagi ibu menyusui, bra olahraga yang terlalu ketat juga mungkin bisa menyebabkan penurunan suplai air susu ibu.
"Bra ini dapat memberi terlalu banyak tekanan pada saluran susu, menyumbat atau memperlambat aliran susu," kata Leigh Anne O'Connor, Konsultan Laktasi di NYC dan wakil presiden Asosiasi Konsultan Laktasi New York. Saluran ASI yang tersumbat bisa menyebabkan mastitis atau infeksi pada jaringan payudara.
Tapi, jika bra olahraga pas, itu bisa dipakai sepanjang hari. Ibu menyusui juga bisa memilih bra olahraga yang dirancang khusus.
Baca juga: Benarkah Tidak Memakai Bra Lebih Baik untuk Kesehatan Payudara?