Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sandra Oh Ungkap Trauma yang Dialami setelah Main di Grey's Anatomy

Reporter

Editor

Mila Novita

image-gnews
Makeup flawless Sandra Oh. Instagram.com/@daniellevincentbeauty
Makeup flawless Sandra Oh. Instagram.com/@daniellevincentbeauty
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selama 10 tahun, aktris Sandra Oh memerankan karakter dokter bedah sekaligus peneliti Cristina Yang di serial televisi Grey's Anatomy. Serial ini memberi dia sebuah penghargaan Golden Globe pada 2006 dan lima kali masuk nominasi. Tapi ternyata kepopulerannya memerankan tokoh itu meninggalkan trauma yang mendalam sampai harus menjalani terapi. 

"Sejujurnya, itu traumatis,” kata dia tentang ketenarannya setelah Grey's Anatomy pada 2005 dan film pemenang Oscar Sideways setahun sebelumnya. “Situasi yang kamu butuhkan untuk melakukan pekerjaan adalah memiliki banyak privasi. Jadi, ketika seseorang kehilangan anonimitas, kamu harus membangun keahlian untuk tetap mencoba dan menerima kenyataan,” kata dia dalam wawancara Sunday Today dengan Willie Geist yang ditayangkan pada 29 Agustus.

Seiring dengan waktu, dia mengelola traumanya dengan baik. Dia menemukan terapis yang baik untuk memulihkan kesehatan mentalnya. Oh berubah dari tidak bisa keluar dan bersembunyi di restoran menjadi lebih menyesuaikan diri dengan ketenaran dan perhatian.

"Saya tidak becanda. Ini sangat, sangat penting," kata Oh. "Kamu harus berusaha menemukan cara untuk tetap membumi. Dan sering kali, itu dengan mengatakan tidak."

Oh juga membahas evolusi keragaman di Hollywood. Di Grey’s Anatomy, tak ada pembahasan tentang etnis seseorang. Tapi di serial barunya, Killing Eve, dia juga membawa aspek budaya karakternya. Di serial Netflix The Chair, Oh memerankan Dr. Ji-Yoon Kim, yang memiliki nama Korea. "Sekarang saya bisa memainkan karakter yang memiliki nama Korea. Dan semua karakter akan memanggilnya dengan benar."

Dia juga mengaku sempat mengalami tahun-tahun sulit di Grey’s Anatomy, terutama di tahun kedua hingga keenam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Banyak dari kami tidak ingat apa yang terjadi, jujur, karena kami sangat lelah," katanya kepada The Hollywood Reporter setelah keluar pada tahun 2014. "Saya tidak bisa mengungkapkan kepadamu kedalaman kelelahan ini, tetapi apa yang saya rasakan sekarang, mampu memperkecil dan memiliki sedikit lebih banyak ruang,” dia menambahkan.

Banyak penggemar menantikan kembali Sandra Oh dengan karakter Yang di acara itu, tapi aktris berusia 50 tahun itu mengatakan dia telah move on.

Baca juga: Sandra Oh Ulang Tahun Ke-50 Beri Penghormatan untuk Christina Yang

BUSTLE | GLAMOUR

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ucapan Positif Bisa Bantu Kesehatan Mental Anak

18 jam lalu

Ilustrasi orang tua menemani anak belajar. Pexels.com
Ucapan Positif Bisa Bantu Kesehatan Mental Anak

Kebiasaan menggunakan kata baik dari orang tua itu bisa membimbing anak menguatkan kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.


Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

18 jam lalu

Ilustrasi wanita depresi menggenggam ponsel. shutterstock.com
Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.


Peru Kategorikan Transgender sebagai Penyakit Mental

2 hari lalu

Ilustrasi LGBT. Dok. TEMPO/ Tri Handiyatno
Peru Kategorikan Transgender sebagai Penyakit Mental

Peru secara resmi mengkategorikan transgender dan non-biner sebagai penyakit mental. Para aktivis LGBT resah dengan keputusan Presiden Peru ini


Cara Menyenangkan Memulihkan Kesehatan Mental usai Putus Cinta

3 hari lalu

Ilustrasi pijat. studiofrid.se
Cara Menyenangkan Memulihkan Kesehatan Mental usai Putus Cinta

Berikut berbagai cara menyenangkan yang dapat dilakukan untuk memulihkan kesehatan mental setelah putus cinta.


5 Langkah Hadapi Ibu Mertua Beracun, Jangan Biarkan Kesehatan Mental Terganggu

3 hari lalu

Ilustrasi orang tua dan anak. Freepik.com
5 Langkah Hadapi Ibu Mertua Beracun, Jangan Biarkan Kesehatan Mental Terganggu

Sering mengkritik, memanipulasi, dan ikut campur urusan rumah tangga anak, ibu mertua dengan sengaja membuat keluarga anak tertekan dan tak harmonis.


Psikolog Bagi Saran Atasi Trauma setelah Kecelakaan

4 hari lalu

Keluarga dan kerabat membawa jenazah Dimas Aditya, korban kecelakan bus rombongan SMK Lingga Kencana saat tiba di rumah duka di Depok, Jawa Barat, Minggu, 12 Mei 2024. Kecelakaan bus pada Sabtu, 11 Mei 2024 malam di Subang, yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok itu menyebabkan 11 orang meninggal dunia, 13 orang luka berat dan 40 orang luka ringan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Psikolog Bagi Saran Atasi Trauma setelah Kecelakaan

Setelah mengalami kecelakaan tidak jarang orang mengalami trauma yang berkaitan dengan proses kecelakaan. Simak saran psikolog berikut.


Perbaiki Suasana Hati dan Kesehatan Mental dengan Makanan Sehat Berikut

4 hari lalu

Ilustrasi sayuran. Unsplash.com/Inigo De la Maza
Perbaiki Suasana Hati dan Kesehatan Mental dengan Makanan Sehat Berikut

Pola makan seimbang secara keseluruhan yang mengandung banyak makanan padat nutrisi baik untuk kesehatan mental dan suasana hati.


Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

5 hari lalu

Ilustrasi trauma (pixabay.com)
Cara Menangani Gejala PTSD yang kerap Dialami Setelah Mengalami Trauma

Seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari tempat, situasi, benda, dan orang yang mengingatkannya akan peristiwa trauma tersebut.


Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

5 hari lalu

Kerusuhan Mei 1998, menjelang Soeharo lengser, berupa amuk massa, pembakaran, penjarahan dan pemerkosaan. Ita Marthadinata, korban pemerkosaan, yang kemudian dibunuh sehari menjelang ia pergi ke PBB untuk sampaikan testimoni. MARIA FRANSISCA
Korban Kerusuhan Masih Alami Trauma, Berikut Penjelasan Trauma Korban Kerusuhan

Bagi yang mereka yang sebelumnya pernah mengalami trauma seperti kehilangan atau hadir saat kekerasan terjadi, tentu akan menghasilkan reaksi intens.


Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo

5 hari lalu

Massa merusak dan membakar mobil saat kerusuhan di Jalan Hasyim Ashari, Jakarta, 14 Mei 1998. Sejak kerusuhan meletus pada Rabu (13/5/1998), suasana Jakarta masih mencekam. Pada 14 Mei 1998, kerusuhan dan penjarahan melanda Ibu Kota negara, yang menyebabkan banyak WNI etnis Tionghoa mengungsi ke luar negeri.  dok.TEMPO/Bodhi Chandra
Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo

Selama 4 hari lebih, kerusuhan Mei 1998 menghantam berbagai kota di Indonesia termasuk Jakarta dan Solo, mengguncang masyarakat, bahkan memicu trauma