TEMPO.CO, Jakarta - Deodoran berfungsi melembapkan, mengurangi keringat sekaligus bau ketiak. Tapi ada kalanya deodoran tidak berfungsi. Meski sudah dipakai, keringat dan bau ketiak tetap muncul.
Banyak yang mengira itu disebabkan deodoran atau antiperspiran tidak lagi ampuh. Tapi, dokter kulit di Chicago, Amerika Serikat, Lauren Fine, mengatakan bahwa hampir tidak mungkin formula yang ada pada keduanya tidak lagi berfungsi pada tubuh.
Baca Juga:
Untuk diketahui, deodoran menggunakan bahan yang menutupi atau menetralkan aroma alami keringat, seperti soda kue. Sementara, antiperspiran menggunakan aluminium klorida untuk memblokir saluran keringat dan mencegah keluarnya keringat.
Ketiak merupakan area yang dipenuhi jenis kelenjar keringat yang disebut kelenjar apokrin.
"Cairan dari kelenjar apokrin mengandung lipid dan protein. Ketika bercampur dengan bakteri di kulit, akan menimbulkan bau keringat," kata Fine, seperti dilansir dari Livestrong, Sabtu, 20 Maret 2021. "Setiap orang memiliki aroma alami yang berbeda karena cairan ini bercampur dengan bakteri di kulit," tambahnya.
Jadi, ketika deodoran tidak berhasil menghentikan keringat dan baunya, ada beberapa penyebabnya.
1. Stres
"Keringat adalah proses yang kompleks. Fungsi utamanya adalah untuk mengatur suhu tubuh, tubuh juga dapat berkeringat sebagai respons terhadap berbagai rangsangan yang berbeda," kata Fine.
Rangsangan itu termasuk stres dan kecemasan. Kemungkinan itulah yang ada di balik perubahan kemanjuran produk, daripada tubuh membangun toleransi terhadapnya, katanya.
Dan ingat, jika Anda lebih banyak berkeringat, kemungkinan besar akan memiliki lebih banyak B.O., yaitu bau yang muncul karena campuran keringat dan bakteri.
Jadi, sebelum menyalahkan deodoran, pikirkan apa yang membuat Anda lebih stres daripada biasanya.
Baca juga: 7 Cara Alami Hilangkan Bau Ketiak Pakai Kentang dan Lidah Buaya
2. Hiperhidrosis
Hiperhidrosis adalah kondisi medis yang ditandai dengan keringat berlebih. Itu bisa dialami kapan saja.
Keringat berlebih biasanya terjadi pada anak-anak atau remaja, tapi ada juga yang disebut dengan hiperhidrosis sekunder, yang bisa menjadi efek samping pengobatan atau terjadi sebagai akibat dari kondisi medis, seperti hipertiroidisme, kehamilan, artritis reumatoid, dan menopause.
3. Rutinitas membersihkan tubuh yang berlebihan
Kulit dipenuhi oleh mikroorganisme, dan itu adalah hal normal. Tapi ketika mikrobioma di kulit tidak seimbang, itu bisa menyebabkan masalah termasuk aroma ketiak.
Kadang kala ketidakseimbangan mikrobioma itu disebabkan oleh rutinitas kebersihan yang berlebihan, misalnya menggosok kulit terlalu agresif. Jadi pastikan menghindari pembersihan area ini secara berlebihan.
Selain itu, cek kembali produk deodoran Anda, kalau perlu beralih ke antiperspirant. Pilih yang kandungan aluminium klorida lebih tinggi yang lebih ampuh mengatasi bau ketiak. Lalu, aplikasikan dengan benar, yaitu sebelum tidur saat kulit kering.