TEMPO.CO, Jakarta - Intermittent fasting atau puasa berselang menjadi salah satu diet yang paling populer beberapa tahun ini. Diet ini disebut efektif menurunkan berat badan dalam waktu cepat.
Namun, sebuah penelitian yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine, Ahad, 28 September 2020 mungkin akan membuat Anda berpikir dua kali untuk menjalani diet ini. Menurut studi tersebut, intermittent fasting juga membuat orang kehilangan massa otot dalam jumlah signifikan.
Penelitian yang dipimpin Ethan Weiss dari University of California, San Francisco, itu membandingkan dua kelompok partisipan. Satu mengikuti pola makan biasa (tiga kali sehari) dan camilan, satu kelompok lagi membatasi asupan kalori antara siang dan pukul 8 malam.
Setelah 12 minggu, para peneliti menemukan bahwa kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan besar dalam hal penurunan berat badan, massa lemak, kontrol gula darah, dan kadar kolesterol.
Orang yang menjalani intermittent fasting memang mengalami penurunan berat badan lebih banyak. Tapi penurunan berat badan itu juga karena hilangnya sejumlah massa otot.
Sekitar 65 persen dari total penurunan berat badan di pada peserta intermittent fasting terdiri dari massa otot. Jumlah ini jauh lebih banyak daripada massa otot yang mungkin hilang pada diet biasa yang dibatasi kalori, yaitu sekitar 20-30 persen.
Orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini tidak diinstruksikan untuk mempertahankan diet kalori tertentu, nutrisi makro, atau rutinitas olahraga. Mereka hanya diminta untuk makan dalam jangka waktu 8 jam.
Menurut para peneliti, intermittent fasting mungkin tidak sebanding dengan kerugian dari rasa lapar dan kehilangan otot. Namun, perlu lebih banyak penelitian untuk lebih memahami bagaimana puasa mempengaruhi massa otot tanpa lemak.
INSIDER | TIMES OF INDIA