TEMPO.CO, Jakarta - Aliya Rajasa memiliki ketertarikan terhadap wastra Nusantara. Ia mengaku tertarik dengan tenun khususnya, dari ibunda dan nenek. Selain itu,sang suami, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas juga juga mengoleksi kain Nusantara demi memakai busana khas di daerah yang dikunjunginya.
"Aku terlahir dari orang tua Palembang yang dua-duanya berasal dari Palembang. Sejak lahir sudah dibalut dari kain songket," ucap Aliya dalam IG Live bertajuk "Tampil Stylish dengan Tenun" bersama Cita Tenun Indonesia atau CTI pada Rabu malam, 8 Juli 2020.
Aliya Rajasa mengatakan awalnya ia tertarik dengan tenun karena keindahan ragam motif dan warna yang dilihatnya dari koleksi ibunda, Okke Rajasa. Ia juga sempat beranggapan tenun itu hanya dipakai untuk acara formal. Tapi pendapat itu runtuh saat ia melihat ragam koleksi CTI yang dikomandoi ibunya.
"Dulu yang aku tahu dari rumah, tenun Palembang, Sumatera. Biasanya lebih berat. Kesannya formal. Sejak ada CTI, kita bisa mengeksplor tenun itu lebih kasual dan wearable (mudah dipakai dalam keseharian)," jelas ibu tiga anak ini kepada Intan Fauzi Fitriyadi Sekjen CTI yang menjadi host diskusi santai tersebut.
Sejak saat itu, Aliya Rajasa mulai mengoleksi tenun dan kerap membelinya di pameran ataupun pelatihan CTI. Ketika membeli tenun, Aliya mengaku selalu teringat pesan ibunda dan ibu mertuanya, Ani Yudhoyono atau akrab disapa Memo. "Aku dibilangin mama dan memo sama perajin jangan nawar," katanya.
Menurutnya, itu salah satu apresiasi para perajin saat membuat tenun. Untuk sehelai kain dibutuhkan waktu berbulan-bulan dan kesulitan pengerjaan yang berbeda sesuai motif serta warna. "Berawal dari untaian benang, dicelup, baru jadi sehelai kain," jelasnya.
Dalam kesempatan Instagram Live itu, Aliya Raja menunjukkan busana tenun favoritnya, yaitu baju yang kembar dengan putrinya, Gayatri Idalia Yudhoyono atau Baby G. Ia membeli koleksi itu saat Baby G belum genap satu tahun, kini sang putri sudah genap dua tahun. Selain faktor kembaran dengan sang putri, momen saat membeli juga jadi poin istimewa baginya.
Kemudian ia menunjukkan sejumlah koleksinya mulai dari jaket gaya edgy dari tenun rangrang Bali hingga gaun. Bicara soal pilihannya, putri Hatta Rajasa ini lebih suka tenun dengan warna cerah dan motif yang tak ramai. "Kalau aku, liat warna senangnya bright (cerah), motifnya gak rame. Warna dasarnya pink, tapi gak terlalu campur-campur di motifnya. Cukup one hingga two tone. Supaya masuk-masuk aja di kegiatan mana pun," ujarnya.
Untuk tips padu padan saat memakai busana tenun, Aliya menyebut bisa dicocokkan dengan elemen apa pun asal percaya diri. "Contohnya jaket ini. Gayanya edgy banget. Kita padu dengan jeans dan di dalamnya kaus. Jadi kita melestarikan dan instyle. Kita pikirnya tenun formal wear dan kondangan, padahal bisa kita mix and match," ujarnya.
Selain berbagi tips padu padan, Aliya juga mengungkap caranya menyimpan kain agar benang dan warnanya terjaga, terutama songket yang memiliki benang emas. "Dari mama, kalau misalnya ada benang halus emasnya, digulung. Kita sediain pipa paralon. Kainnya dibentang dilapis koran, supaya ain tidak ketemu kain. Itu tujuannya merawat benangnya tidak kelipat dan ketarik," tukas perempuan 34 tahun ini.
Aliya punya cara khusus menyimpan sejumlah busana yang terbuat dari tenun. Ia memilih melipatnya dan memasukkan ke dalam boks. Sebab jika digantung terlalu lama, kemungkinan benang tertarik sehingga menurunkan kualitas bahan, menurutnya.
SILVY RIANA PUTRI