TEMPO.CO, Jakarta - Tren minum jus atau smoothie buah dan sayuran belakangan menjadi pilihan sarapan sehat bagi sebagian orang yang ingin menjalani pola hidup sehat. Namun, sebenarnya mana yang lebih sehat apakah dibuat jus atau smoothie?
Menurut Ahli Gizi Winda Ekayanti dalam menghitung kalori, buah-buahan dan sayur-sayuran cenderung rendah kalori jika dibandingkan dengan jenis makanan lainnya. Sebab itu, jus atau smoothie memang aman dikonsumsi. Namun, jika melihat dari segi prosesnya smoothie cenderung lebih sehat daripada jus.
Smoothie masih lebih baik karena serat yang ada di buah dan sayur walaupun dicampur tetap bisa diserap. "Sedangkan jus pada umumnya hanya diambil sari-sari buah dan sayurnya serta biasanya juga mengandung fruktosa atau pemanis, terutama jika jus terdiri dari buah-buahan," ucap Winda dalam peluncuran virtual produk skincare dari Korea Commonlabs, Kamis 9 Juli 2020.
Winda Ekayanti mengatakan jika buah dan sayur dibuat jus nutrisinya mulai berkurang, karena kebanyakan hanya dapat airnya, belum lagi kalau ditambah gula atau pemanis pengganti. "Jadi kalau untuk diet atau ingin hidup lebih sehat, aku kurang menyarankan untuk minum jus," imbuhnya.
Setiap kali makan makan berat harus diimbangi dengan sayuran atau buah. Misalnya pagi-pagi bisa minum smoothie atau buat di malam hari lalu simpan di kulkas. Jika ingin mendapatkan semua manfaat gizi jangan hanya konsumsi buah dan sayur dalam satu hari. Tapi juga diimbangi makanan sehat yang mengandung protein.
"Kita bisa konsumsi high protein food, misalnya ditambah pas makan siang membuat omelette pakai sayuran. Concern-nya lebih baik kita makan secara utuh buah atau sayur tapi kalau mau diolah bisa dibuat smoothies," saran Winda.
Selain itu, Winda tidak merekomendasikan detoks hanya dengan minum jus tanpa diimbangi dengan makanan sehat lainnya. Hal ini karena setiap organ tubuh memiliki fungsi untuk bekerja menjalankan mekanismenya, jika ada yang kurang atau kelebihan maka metabolisme akan lebih buruk.