TEMPO.CO, Jakarta - Diet ular atau snake diet yang sempat populer di media sosial disebut sebagai cara ekstrem untuk mewujudkan tubuh langsing. Diet yang digagas instruktur puasa Cole Robinson ini menyarankan pengikutnya berpuasa selama 48 jam atau lebih, hanya makan ketika sangat lapar.
"Saya mempromosikan puasa yang bukan berjam-jam tetapi berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan," kata dia di salah satu video YouTube-nya.
Intinya, diet ini mengikuti pola makan ular yang hanya makan besar sekali dalam seminggu. Orang yang mengikuti diet ini diminta berpuasa selama mungkin, baru makan setelah amat sangat lapar. Itu pun bukan langsung makan makanan besar, melainkan cukup makan kecil atau segelas jus dengan kandungan gizi yang tinggi kemudian puasa lagi.
Selama masa berpuasa hanya diperbolehkan minum “jus ular”. Jus ular merupakan minuman elektrolit yang dibuat dari campuran air putih dengan garam Himalaya, kalium klorida tanpa garam, dan garam Epsom untuk makanan.
Dalam wawancara di acara TV The Doctors, seperti dikutip Live Strong, dia mengklaim salah satu kliennya kehilangan berat badan 50 pound atau 22,5 kilogram dalam satu bulan dengan makan hanya satu kali seminggu. Klaim sukses lainnya di situsnya menunjukkan seorang wanita kehilangan 100 pound atau 45 kilogram dalam lima bulan dan seorang pria kehilangan 25 pound atau 11,3 kilogram hanya dalam dua bulan.
Selain manfaat penurunan berat badan, Robinson mengklaim bahwa diet ular bisa meluruhkan tumor dalam dua bulan dan menyembuhkan herpesnya sendiri.
Protokol diet ular sederhana. Berhenti makan, dan minum hanya jus ular. Lanjutkan ini sekuat Anda. Saat Anda harus makan, disarankan tidak memvariasikan jenis makanan. Cobalah untuk makan makanan yang sama.
Namun, pakar gizi teregistrasi Kelly Plowe di California, Amerika Serikat, tidak merekomendasikan diet ular karena berbagai alasan, dikutip Live Strong, Sabtu, 6 Juni 2020.
1. Tidak ada uji klinis
Tidak ada penelitian yang kredibel dan berbasis bukti untuk mendukung diet ini. Ketika ditantang tentang hal ini, Robinson kembali ke hasil anekdotal yang dia lihat di grup Facebook Snake Diet. Hasil anekdotal bukanlah pengganti untuk bukti ilmiah karena banyak alasan, termasuk kebenarannya diragukan. Selain itu, Kelly mengatakan Robinson tidak memiliki latar belakang medis atau nutrisi.
2. Rentan kurang gizi
Jika mengikuti diet ini untuk jangka waktu yang lama, Anda berisiko mengalami kekurangan nutrisi. Hampir tidak mungkin memenuhi kebutuhan nutrisi hanya dengan makan satu kali sehari bahkan seminggu sekali.
3. Membuat orang terobsesi makan
Diet ini tidak sesuai untuk orang dengan kecenderungan makan yang tidak teratur atau riwayat gangguan makan. Faktanya, diet ini menunjukkan beberapa gejala yang mengarah ke gangguan makan, seperti yang dijelaskan oleh Academy of Nutrition and Dietetics, termasuk kegelisahan yang terkait dengan makanan tertentu atau melewatkan makan, ritual dan rutinitas yang kaku seputar makanan dan olahraga, perasaan bersalah dan malu terkait dengan makan, dan citra tubuh yang berdampak negatif pada kualitas hidup.
Selain itu ada perasaan kehilangan kendali di sekitar makanan, termasuk kebiasaan makan kompulsif, fluktuasi berat badan kronis, serta cenderung berolahraga, pembatasan makanan, puasa untuk menebus kesalahan karena mengonsumsi makanan yang tidak baik.
4. Tidak Berkelanjutan
Anda bisa menurunkan berat badan dengan diet ini, tetapi tidak berkelanjutan. Begitu Anda mulai makan secara normal lagi, Anda akan kembali mengalami kenaikan berat badan.