Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Tren Pakai Face Shield Keluar Rumah, Efektifkah Cegah Corona?

Editor

Mila Novita

image-gnews
Perawat menggendong bayi yang mengenakan
Perawat menggendong bayi yang mengenakan "Face Shield" di RSIA Tambak, Jakarta, Kamis, 16 April 2020. Untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19, pihak rumah sakit memberikan "Face Shield" atau penutup muka pada bayi yang baru lahir. TEMPO/Muhammad Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini mulai banyak warga yang mengenakan face shield atau perisai wajah transparan yang menutup hampir seluruh wajah. Apakah efektif mencegah virus corona? 

Melansir dari laman WebMD, Rabu 6 Mei 2020 tim ahli dari University of Iowa mengatakan pelindung wajah mungkin menggantikan masker sebagai pencegah yang lebih nyaman dan lebih efektif untuk Covid-19, terutama untuk tenaga medis. 

"Pelindung wajah yang dapat diproduksi dan didistribusikan dengan cepat dan terjangkau, harus dimasukkan sebagai bagian dari strategi untuk secara aman dan secara signifikan mengurangi penularan dalam pengaturan komunitas," kata tim yang terdiri dari tiga orang dokter itu. 

Dilaporkan dalam Journal of American Medical Association, 29 April 2020, para ahli yang dipimpin oleh Eli Perencevich, dari departemen kedokteran penyakit dalam universitas, dan Sistem Perawatan Kesehatan Veterans Affairs Kota Iowa, mengatakan inilah masanya perisai wajah atau face shield. Menurut Perencevich dan timnya, pelindung wajah dapat memberikan pilihan yang lebih baik. 

Agar efektif dalam menghentikan penyebaran virus, pelindung wajah harus diperluas hingga di bawah dagu. "Selain itu disarankan juga harus menutupi telinga dan seharusnya tidak ada celah yang terbuka antara dahi dan topi face shield" kata anggota tim Iowa.

Face shield memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan masker, tambah mereka. Pertama, mereka dapat digunakan kembali tanpa henti, hanya perlu  dibersihkan dengan sabun dan air atau desinfektan umum. Kedua, biasanya lebih nyaman dipakai daripada masker, dan dengan face shield dapat menjadi penghalang yang membuat orang tidak mudah menyentuh wajah mereka sendiri.

Saat berbicara, orang kadang-kadang menarik masker untuk mempermudah - tetapi hal itu tidak perlu dilakukan dengan face shield. Penggunaan face shield juga merupakan pengingat untuk menjaga jarak sosial, tetapi memungkinkan visibilitas ekspresi wajah dan gerakan bibir untuk persepsi ucapan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Belum ada penelitian yang dilakukan untuk melihat seberapa baik pelindung wajah membantu mencegah virus yang diembuskan atau batuk menyebar keluar dari pengguna yang terinfeksi. Namun mereka menekankan bahwa face shield seharusnya hanya menjadi salah satu bagian dari upaya pengendalian infeksi, bersama dengan jarak sosial dan mencuci tangan.

Tapi pakar lainnya berpendapat beda. Shan Soe-Lin, seorang dosen urusan global di Universitas Yale di New Haven, Connecticut, dan ahli imunologi, mengatakan face shield tidak perlu digunakan masyarakat umum. 

"Rata-rata orang seperti Anda atau saya, menjaga jarak sosial dan mengenakan topeng kain dengan benar, melakukan lebih dari cukup," kata Soe-Lin, seperti dikutip Today. 

Ia menambahkan bahwa perisai plastik tidak akan menyaring udara dan hanya akan memblokir tetesan agar tidak mengenai wajah Anda, terutama jika tidak dipakai bersamaan dengan kain penutup wajah.

Belum ada intervensi apa pun - bahkan vaksin - yang dapat menjamin keefektifan 100 persen terhadap virus corona, sehingga pelindung wajah tidak boleh dijadikan sebagai standar kesehatan.

Hal perlu dilakukan adalah tetap menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan virus corona

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui soal Gondongan

28 menit lalu

Ilustrasi perempuan dengan kulit berminyak di daerah T, dan kulit kering di pipi dan bibir. shutterstock.com
Hal-hal yang Perlu Diketahui soal Gondongan

Gondongan paling sering menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun yang belum menerima vaksin gondongan, yaitu vaksin campak-gondongan-rubella.


Jangan Saling Pinjam 5 Barang Berikut atau Kesehatan Jadi Taruhan

11 hari lalu

Ilustrasi wanita mengelap wajah dengan handuk. Foto: Freepik.com
Jangan Saling Pinjam 5 Barang Berikut atau Kesehatan Jadi Taruhan

Demi kesehatan, jangan coba-coba saling meminjamkan barang-barang berikut dengan orang lain karena mungkin Anda justru akan terkena penyakit.


Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional

11 hari lalu

Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dialokasikan untuk vaksinasi massal (Sumber gambar: Freepic)
Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional

Penanganan Covid-19 yang Efektif Menjadi Kunci Kebangkitan Ekonomi.


Tak Hanya Bakteri, Populasi Virus Juga Diami Sikat Gigi Anda

12 hari lalu

Sikat gigi.
Tak Hanya Bakteri, Populasi Virus Juga Diami Sikat Gigi Anda

Kebanyakan virus yang ditemukan belum dikenal sebelumnya.


Beda Radang dan Sakit Tenggorokan serta Penyebabnya

18 hari lalu

Radang Tenggorokan/Canva
Beda Radang dan Sakit Tenggorokan serta Penyebabnya

Sakit tenggorokan bisa merupakan efek samping dari penyakit lain seperti flu atau batuk. Apa bedanya dengan radang tenggorokan?


Pernah Terinfeksi Covid-19? Peneliti Ingatkan Risiko Lebih Besar Alami Penyakit Jantung dan Stroke

20 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
Pernah Terinfeksi Covid-19? Peneliti Ingatkan Risiko Lebih Besar Alami Penyakit Jantung dan Stroke

Penelitian mengungkapkan orang yang pernah terinfeksi Covid-19 lebih berisiko mengalami penyakit jantung, stroke, bahkan kematian.


Cerita Luhut Kenal dengan Menpan RB Anas, dari Koordinasikan Daerah Tangani Covid-19 hingga Benahi E-Katalog

20 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Forum Kinerja Reformasi Indonesia sekaligus Peluncuran Buku Menteri PANRB
Cerita Luhut Kenal dengan Menpan RB Anas, dari Koordinasikan Daerah Tangani Covid-19 hingga Benahi E-Katalog

Menko Luhut Pandjaitan menceritakan bagaimana awalnya mengenal sosok Menpan RB Abdullah Azwar Anas.


Perjalanan Karier Kim Jae Joong, Bakal Konser di Indonesia Setelah Ditunda Karena Covid-19

21 hari lalu

Kim Jaejoong. (Soompi)
Perjalanan Karier Kim Jae Joong, Bakal Konser di Indonesia Setelah Ditunda Karena Covid-19

Kim Jae Joong bakal sapa penggemar di Jakarta dalam konser anniversary debut ke-20 tahun pada Sabtu, 19 Oktober 2024


Bahaya Pakai SocialSpy WhatsApp dan Cara Menghapusnya

23 hari lalu

Cara transfer chat Whatsapp ke HP baru. Foto: Canva
Bahaya Pakai SocialSpy WhatsApp dan Cara Menghapusnya

Ketahui sederet bahaya dari penggunaan aplikasi SocialSpy WhatsApp yang harus diwaspadai. Jika sudah menginstal, ketahui cara menghapusnya ini.


KPK Tetapkan 3 Tersangka Korupsi APD di Kemenkes, 2 Tersangka Ditahan Hari Ini

28 hari lalu

Mantan Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Budi Sylvana (kanan) memenuhi panggilan penyidik untuk menjalani pemeriksaan, di gedung KPK, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2024. Budi Sylvana diperiksa sebagai tersangka dan belum menjalani penahanan terkait penyidikan perkara dugaan tindak pidana korupsi pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) Covid-19 mencapai Rp3,03 triliun di Kementerian Kesehatan tahun anggaran 2020-2022. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan 3 Tersangka Korupsi APD di Kemenkes, 2 Tersangka Ditahan Hari Ini

KPK menahan dua dari tiga tersangka korupsi APD di masa pandemi Covid-19. Audit BPKP menyebut ada kerugian negara sebesar Rp 319 miliar.