TEMPO.CO, Jakarta - Selebgram Rachel Vennya mengungkapkan pengalamannya dengan kesehatan mental di Instagram dan chanel Youtube-nya. Dia mengaku didiagnosis mengidap bipolar atau suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati.
Rachel Vennya mengatakan sebenarnya ia takut untuk berbagi pengalaman yang dialaminya lebih dalam. Dia juga sering menceritakan jika dirinya punya masalah dengan kemarahan atau anger issues, marah yang berlebihan.
"Mungkin beberapa dari kalian juga sempat ingat tahun 2014-an aku pernah terbuka soal bipolar disorder yang aku benar-benar struggling banget menjalaninya. Sampai akhirya aku menutup itu semua," tulis Rachel dalam unggahan di Instagram.
Bukan tanpa alasan ia menutupi kondisinya itu, sebab masih banyak stigma orang-orang terhadap gangguan bipolar karena ciri-ciri semua orang berbeda-beda. Pengalaman, cara berteman dan mengontrolnya juga berbeda. "Kali ini aku mencoba memberanikan diri untuk menceritakan pengalaman aku sampe di titik ini, berteman bersama bersama bipolar disorder," tulisnya.
Rachel Vennya akhirnya memberanikan diri membuka pengalamannya itu melalui kanal Youtube-nya. Dia mengunggah video dirinya dan suami Niko Al Hakim, yang juga mengidap penyakit gangguan kecemasan atau yang dikenal Generalized Anxiety Disorder atau GAD, dalam vlog berjudul Generalized Anxiety Disorder dan Bipolar Disorder, Senin 26 April 2020.
Sejujujurnya, menurut Rachel topik video yang sangat sensitif buat dia, karena setiap ada yang mengaku bipolar pasti akan dianggap cari perhatian dan orang jadi tidak percaya sama apa yang benar-benar dirasakan orang yang didiagnosis bipolar. Tahun 2019 menjadi tahun penyembuhannya untuk berteman dengan banyak hal, masa lalu, musuh, dan hal terberat yaitu mengakui bipolar. "Tapi di video ini aku berani untuk bilang bahwa bipolar sudah menjadi temanku, I’m here because of it and i can get through this. We’re all can," harapnya.
Rachel mengatakan pada saat itu banyak yang tidak percaya dengan kondisi dirinya. Alih-alih menerima malah dinilai kerasukan setan. "Pokoknya, semua dikaitkan sama agama. Dan saat aku rawat inap, pihak keluarga menginginkan aku di-adzanin lima kali setiap harinya. Jadi, setiap ada azan, aku di-adzanin. Semua orang anggapnya aku kesurupan," ungkap perempuan kelahiran 1995 ini.
Meski awalnya tidak bisa menerima Rachel akhirnya coba membiarkan keluarganya mengobati dengan cara mereka. "Yang disalahin, gue kurang salat dan segala macam. Gue merasa enggak ada yang percaya dan itu malah bikin gue paranoid," ucapnya.
Ibu dua anak ini juga menceritakan perubahan suasana hati saat fase depresi dan manic. Setelah mengetahui Niko mengalami GAD dia pun berusaha memperbaiki diri. Mereka juga mendatangi psikiater untuk mendapat penyembuhan dan pengawasan.
Selain itu, Rachel pun menuturkan alasannya lebih bersahabat dengan kondisi kesehatan mentalnya saat ini. "Kita masih berjuang bersahabat dengan kondisi ini, sekarang pengen banget survive dari bipolar dan GAD karena kita enggak mau ini terbawa ke anak-anak, karena bipolar dan GAD bisa timbul nature dan nurture, keturunan dan pola asuh,” ujarnya. Dia menyadari anak-anak rentan mengalami bipolar dan GAD dari orang tuanya, sebab itu mereka berusaha dengan terus belajar parenting.
Dalam video tersebut, mereka juga menghadirkan Psikiater dan Spesialis Kesehatan Jiwa Jiemi Ardian yang mengatakan kondisi bipolar cukup umum dan gangguan ini yang bersifat jangka panjang. Bipolar ada periode depresi, manis, dan normal seperti siklus, yang jika tidak diobati makan siklus periode manic dan depresi bisa memanjang, siklus normal semakin memendek. Artinya akan mengalami keseulitan yang semakin berat.
Jiemie menjelaskan depresi dan manic berbeda dengan sedih dan senang. Ada jangka waktu tertentu. Periode depesi minimal 2 minggu, sedangkan manic minimal 1 minggu. Perubahan mood pada bipolar bersifat ekstrim, ada periode waktu yang cukup panjang. Dia juga menyebutkan gejalan manic dan depresi dan mengingatkan untuk tidak mendiagnosis diri sendiri tapi melalui bantuan profesional.