Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Ciri Covid Toes Gejala Baru Virus Corona pada Kuku Kaki

Reporter

Editor

Yunia Pratiwi

image-gnews
Ilustrasi kaki. Unsplash.com/Jan Romero
Ilustrasi kaki. Unsplash.com/Jan Romero
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi virus corona atau Covid-19 terus berkembang dengan penemuan baru. Salah satu laporan terhangat terkait Covid-19 adalah gejala baru, yakni lesi kuku kaki yang berwarna keunguan atau yang dikenal dengan “Covid toes”. 

Melansir laman USA Today, menurut kepala divisi penyakit menular di University of Pennsylvania, Dr. Ebbing Lautenbach, lesi di kuku kaki tersebut cenderung sakit saat disentuh dan dapat menimbulkan sensasi terbakar. Gejala Covid toes cenderung muncul di awal terjadinya infeksi. Artinya, gejala ini mungkin dapat menjadi ‘petunjuk’ pertama jika seseorang terinfeksi virus corona, di mana ia tak memiliki gejala pernapasan lain.

Pada sebagian individu, Covid toes bisa hilang setelah beberapa hari. Namun, beberapa pasien bisa jadi mengalami gejala lanjutan pada saluran pernapasan mereka. Gejala Covid toes pertama kali ditemukan dokter di Italia pada bulan Maret. Kemudian, gejala ini juga dilaporkan muncul pada pasien-pasien di Amerika Serikat.

Meski begitu karena temuan ini masih relatif baru belum bisa dipastikan penyebab dari lesi kuku kaki keunguan tersebut – sebagai gejala dari infeksi virus corona baru. Dr. Ebbing mengemukakan dua hipotesis terkait kemungkinan penyebab Covid toes. Pertama, gejala Covid toes mungkin bisa terjadi karena respons peradangan tubuh yang terlokalisasi, yakni hanya pada bagian kaki dan kuku kaki. Kedua, gejala lesi kuku kaki ini mungkin juga bisa terjadi karena adanya pembekuan darah di pembuluh.

Sedangkan menurut ahli lain, yakni Susan Wilcox yang merupakan kepala perawatan kritis di departemen gawat darurat Massachusetts General Hospital, berpendapat bahwa lesi keunguan tersebut mungkin merupakan purpura fulminan.

Purpura fulminan bisa terjadi ketika peradangan akibat infeksi parah memicu terbentuknya pembekuan kecil di pembuluh darah tertentu, seperti di kuku, jari, bahkan hidung.

Susan Wilcox telah melihat gejala ini pada banyak pasiennya yang mengalami kondisi parah akibat Covid-19. Ia juga menyebutkan, lesi keunguan di kuku tersebut terjadi pada pasien penderita pneumonia atau flu yang parah. Atas hal tersebut ia mengaku tak terkejut apabila pasien Covid-19 juga mengalami gejala ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masih terus diteliti oleh para ahli, ada beberapa kesimpulan sementara terkait Covid toes yang diyakini ahli sebagai gejala baru Covid-19. Berikut ini simpulan sementara terkait Covid toes:

1. Cenderung muncul pada pasien Covid-19 yang tak mengalami gejala lain
Menurut ahli, hal yang paling menarik terkait Covid toes adalah absennya gejala lain. Artinya, pasien yang mengalami lesi kuku keunguan pada kakinya tidak menunjukkan gejala-gejala umum akibat infeksi virus corona.

2. Cenderung terjadi pada pasien anak dan dewasa muda
Kesimpulan sementara lainnya terkait Covid toes adalah kemunculannya pada kelompok pasien tertentu saja, yakni anak-anak dan dewasa muda. Menurut Dr. Ebbing, kecenderungan ini mungkin terjadi karena anak-anak dan dewasa muda memiliki sistem imun yang masih kuat.

Para ahli terus mempelajari Covid toes dan kaitannya dengan Covid-19. Selain lesi kuku kaki tersebut, ada beberapa gejala lain yang menjadi ciri umum Covid-19 seperti demam, kelelahan dan batuk kering. 

Beberapa pasien mungkin mengalami gejala lain, seperti sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, dan diare. Menurut World Health Organization (WHO), gejala-gejala tersebut biasanya ringan dan terjadi secara bertahap. Sebagian individu juga bisa terinfeksi namun tak menunjukkan gejala apa pun atau Orang Tanpa Gejala. Apabila seseorang mengalami demam, batuk, dan kesulitan bernapas, ia disarankan untuk segera mencari bantuan medis. 

SEHATQ

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

14 jam lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

3 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

3 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Penyebab Kaki Pecah-Pecah dan Cara Mengatasinya

8 hari lalu

Ketahui penyebab kaki pecah-pecah dan cara mengatasinya berikut. Selain mengganggu penampilan, kaki pecah-pecah juga bisa berdampak pada kesehatan. Foto: Canva
Penyebab Kaki Pecah-Pecah dan Cara Mengatasinya

Ketahui penyebab kaki pecah-pecah dan cara mengatasinya berikut. Selain mengganggu penampilan, kaki pecah-pecah juga bisa berdampak pada kesehatan.


8 Tips Merawat Kucing Anggora

10 hari lalu

Pengunjung menggendong seekor kucing di MEOW Cat Cafe di Kota Gaza, 20 Agustus 2023. Selain menikmati hidangan, pengunjung dapat bermain bersama 14 kucing Persia, Anggora Turki, dan kucing hibrida di kafe ini. REUTERS/Mohammed Salem
8 Tips Merawat Kucing Anggora

Kucing anggora memerlukan perhatian khusus dalam hal perawatan bulu dan kebersihan.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

13 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya


Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

13 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

Flu Singapura atau HFMD mengalami peningkatan selama mudik atau libur Lebaran 2024. Apa gejala dan penyebab dari penyakit ini?


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

16 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

25 hari lalu

Flu Singapura.
Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.


Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

29 hari lalu

Ilustrasi banjir. Dok. TEMPO/M. Iqbal Ichsan
Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?