TEMPO.CO, Jakarta - Konsep herd immunity akhir-akhir ini banyak diperbincangkan, bahkan melalui pesan berantai di aplikasi chat. Banyak orang seolah setuju agar Indonesia coba untuk menerapkan konsep ini guna menyelesaikan pandemi corona.
Herd immunity secara harafiah bisa diartikan sebagai kekebalan komunitas. Jadi, dalam satu komunitas, harus ada cukup banyak orang yang imun atau kebal terhadap suatu penyakit sehingga komunitas tersebut tidak lagi bisa diserang oleh suatu virus.
Jika herd immunity untuk COVID-19 diterapkan di Indonesia, dampaknya dinilai sangat merugikan. Hal ini diungkapkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI).
Organisasi tersebut telah melakukan kajian untuk melihat skenario jika sekiranya negara ini benar-benar akan menerapkan konsep herd immunity untuk meredakan virus corona. Hasilnya bisa dibilang mengerikan karena dengan begitu, angka kematian akibat infeksi virus corona di Indonesia akan melonjak jauh.
Hal ini disebabkan karena di negara ini, sangat banyak orang yang memiliki penyakit penyerta yang bisa memperparah infeksi corona. Penyakit tersebut antara lain penyakit jantung, diabetes, penyakit paru kronis, hipertensi, kanker, dan penyakit autoimun
Selain itu, seperti yang bisa kita lihat sendiri, saat ini angka laju kematian akibat COVID-19 di Indonesia ada pada angka 7-9 persen, termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Infeksi ini pun jangan disalahartikan hanya berbahaya bagi lansia maupun orang dengan penyakit penyerta.
Seiring dengan berjalannya pandemi ini, COVID-19 terbukti juga berbahaya bagi orang usia muda yang sehat dan tidak memiliki penyakit penyerta apapun. Di Amerika Serikat, Kanada, dan negara-negara benua Eropa, 60 persen pasien COVID-19 berada di kelompok usia produktif.
Sehingga jika konsep herd immunity dijalankan, akan terjadi kematian massal di Indonesia. Ancaman ini pun tidak hanya berlaku untuk orang yang rawan seperti lansia dan yang memiliki penyakit tertentu, namun juga untuk masyarakat usia muda yang sehat. Akibatnya, Indonesia bisa kehilangan satu generasi.
Karena hingga saat ini belum ada vaksin yang diproduksi dan skenario pencapaian herd immunity terdengar cukup ekstrem, maka cara yang bisa kita lakukan untuk meredakan pandemi adalah dengan memperlambat penyebaran virus ini.
Cara yang bisa dilakukan untuk penyebaran virus corona adalah dengan rutin menjaga kebersihan dan secara khusyuk menjalani social distancing. Anda pasti sudah sering mendengar imbauan untuk sering mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer, menutup mulut ketika bersin atau batuk dengan tisu, dan untuk tidak keluar rumah selama 14 hari.
Mengapa cara yang terlihat sederhana ini ampuh untuk memperlambat penyebaran virus? Inti dari semua imbauan yang dikeluarkan untuk mencegah corona adalah untuk tidak membiarkan virus tersebut bisa dengan mudah pindah dari inang yang satu ke inang yang lain.
Jika Anda baru saja memegang benda yang terkontaminasi virus, lalu setelah itu langsung cuci tangan, maka virus akan mati dan tidak sempat menyebar mencari inang baru. Begitupun dengan menutup mulut saat bersin. Virus yang keluar dari liur, justru akan menempel di tisu dan bukan pada orang lain yang bisa menjadi inang baru.
Lalu dengan tidak keluar rumah, berkumpul beramai-ramai atau pergi ke tempat umum, Anda sudah berpartisipasi untuk tidak memudahkan virus mencari inang yang baru. Bayangkan saja betapa mudahnya virus berpindah dari satu orang ke orang lain saat dalam suatu perkumpulan yang melibatkan banyak orang.
Jika cukup banyak orang yang melakukan langkah-langkah pencegahan di atas, maka virus pun akan kesulitan untuk mencari tempat tinggal dan mati. Hingga lama-kelamaan, jumlah orang yang terinfeksi pun akan terus turun dan pada akhirnya, pandemi ini akan reda dan Anda pun bisa kembali beraktivitas seperti biasa.