TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi virus corona masih menjadi perhatian besar di seluruh dunia. Calon orang tua dan ibu hamil, ibu menyusui, dan pemilik anak balita menjadi garda terdepan dalam mencari informasi terkait virus ini.
Simpang siurnya pengetahuan virus corona di kalangan masyarakat membuat beberapa orang mendapatkan disinformasi yang tidak sesuai pengetahuan ilmiah. Menurut dokter Reisa Broto Asmoro, informasi yang tepat diperlukan untuk menghadapi pandemi corona ini.
"Perlu diketahui jika virus corona merupakan virus yang baru di dunia, jadi kita belajar dari pengalaman kasus di negara lain. Jadi rentan untuk menentukan dari mana asal awalnya. Sebelumnya ada hipotesis awal anak tidak rentan tapi ada pula kasus anak juga bisa terkena," kata Reisa dalam Live Instagram Mother and Baby, Selasa, 24 Maret 2020.
Merujuk dari kasus demi kasus, Reisa mengatakan lebih cenderung bilang berbagai usia bisa terpapar jadi harus waspada. Sejauh ini daya tahan tubuh balita lebih kuat karena sering dilatih dengan vaksinasi, lebih sering perang dengan virus jadi lebih kuat. "Balita jarang yang punya penyakit penyerta jadi lebih less worry," ujar dia.
Berikut panduan singkat tentang virus corona yang perlu dipahami orang tua seperti yang dirangkum dari penjelasan Reisa.
1. Sifat virus
Virus corona jika sudah menginfeksi bisa terbagi menjadi tiga tingkatan yakni ringan, sedang, dan berat. "Nah kalau yang ringan ini biasanya tidak menyadari dan meminta pertolongan nakes, misalnya batuk ringan, dipikir flu biasa, kalau sudah sedang sudah ada demam," ucapnya.
Lalu tingkatan kedua sedang: cukup tinggi efeknya bisa batuk, sesak napas, badan terasa tidak enak. Paling tinggi di tingkatan berat dengan gejala sesak nafas lebih berat dan harus butuh bantuan medis.
2. Sesak napas karena COVID-19
Bagaimana membedakan sesak napas karena asma dan COVID-19? Reisa mengatakan bahwa asma ketika mengeluarkan udara dari paru-paru rasanya berat, butuh effort dan tenaga ekstra, sementara kalau karena virus bernapas biasa saja kita udah berat. Namun untuk meyakinkan lebih baik dilakukan pemeriksaan oleh tenaga di medis.
3. COVID-19 bisa diobati di rumah
Menurut Reisa hingga saat ini belum ada yang mengklaim perawatannya seperti apa, tapi kita bisa belajar dari negara lain. Sekarang sudah disusun panduan terapi untuk rumah sakit rujukan. Obatnya juga punya tujuan masing-masing. "Jadi kalau terapi biar dokter saja yang mengarahkan, termasuk saat di rumah," Reisa menyarankan.
4. Alasan mengapa harus di rumah aja
Gencar imbauan agar semua orang yang memiliki kesempatan di rumah saja. Maka tetaplah di rumah untuk agar pandemi tidak semakin luas, tidak bercampur antara orang dengan orang lain. "Virus bisa hilang atau mati selama 14 hari, jika semua bisa stay maka diharapkan pandemi bisa segera berlalu," harapnya.
5. Perlukah vitamin anak untuk anak?
Menurut Reisa sebenarnya yang paling penting harus jaga daya tahan tubuh dengan baik, termasuk jika dibutuhkan bisa dengan vitamin dan suplemen. Agar semua kebutuhan terpenuhi bisa pakai multivitamin A, C, B, B9, B12, D, K, yang harus masuk semua ke tubuh kita. Tapi jangan lupakan makan dan olahraga teratur.
6. Minum air hangat bisa mematikan virus?
Beredar informasi jika kita minum air hangat maka bisa mematikan virus, Raisa mengatakan virus bisa mati dengan suhu di atas 70 derajat. Tapi itu harus selama 5 menit baru bisa mati, jadi minum air hangat tidak bisa mematikan.
7. Terpapar virus bisa sembuh sendiri
Penyakit karena virus sifatnya self limiting disease, bisa pulih setelah kurun waktu tertentu antara 14-21 hari. "Namun perlu diingat kondisi tiap orang berbeda-beda, perlu antisipasi kalau ada penyakit penyerta yang berefek komplikasi," kata dia.