TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 1 dari 10 perempuan berpotensi mengalami endometrosis, yakni gangguan di mana terdapat jaringan yang mirip dengan lapisan rahim yang tumbuh di luar rongga rahim, misalnya ovarium, usus, dan jaringan yang melapisi panggul.
Kondisi ini memang tidak biasa, tetapi itu bukan tidak mungkin. Perubahan hormon dari siklus menstruasi Anda mempengaruhi jaringan endometrium yang salah tempat, menyebabkan area tersebut meradang dan terasa nyeri. Ini berarti jaringan akan tumbuh, menebal, dan rusak. Seiring waktu, jaringan yang telah rusak tidak punya tempat untuk pergi dan menjadi terjebak di panggul Anda.
Jaringan ini terperangkap di panggul Anda dapat menyebabkan pembentukan bekas luka, adhesi kondisi di mana jaringan mengikat organ panggul Anda bersama-sama, sakit parah selama haid, dan masalah kesuburan.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Kanadi Sumapraja mengatakan, terdapat beberapa faktor yang memicu risiko perempuan terkena endometriosis. Pertama ialah pengaruh gaya hidup akibat pola makan tidak seimbang yang menyebabkan obesitas.
"Perempuan dengan obesitas rentan menimbulkan gangguan menstruasi dan hormon. Hal ini akan mengakibatkan tubuh si perempuan lebih banyak terpapar estrogen, yang menjadi cikal bakal endometriosis," ucap Kanadi saat ditemui di acara diskusi "Mengenal Gangguan Menstruasi" yang diadakan Rumah Sakit Pondok Indah di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.
Faktor kedua, endometriosis termasuk penyakit urban yang bisa disebabkan terlalu sering menghirup sisa pembakaran yang dihasilkan asap kendaraan. "Pemicunya ialah asap yang melepaskan polutan berjenis dioksin dengan struktur kimia yang sangat mirip hormon wanita, diikenal sebagai extra-esterogen," ucap Kanadi.
Kanadi mengatakan kondisi endometriosis pada perempuan sering menimbulkan dilema. Satu sisi jika ingin dipulihkan maka semua hormon yang terkait kesuburan harus ditekan, sementara di sisi lain kesuburan menurun bisa berefek pada susah memiliki keturunan.
Untuk itu Kanadi mengatakan jika perempuan merasakan nyeri menstruasi yang sering maka langsung diperiksakan ke dokter. Diagnosis yang terlambat lantaran tidak acuh berakibat pada endometriosis stadium lanjut.
"Padahal penyakit ini bersifat kronik dan progresif. Pada saat pasien ini didiagnosis, mungkin stadiumnya sudah berat, kalau begitu maka tata laksana yang dilakukan jadi semakin sulit dengan tingkat keberhasilan kecil. Makanya kenapa endometriosis sebaiknya dikenali lebih dini supaya penanganannya jauh lebih optimal dengan hasil maksimal," dia menyarankan.