TEMPO.CO, Jakarta - Penantian Chacha Frederica dan suami, Dico Ganinduto, selama 4 tahun akan jadi segera jadi kenyataan. Dalam hitungan bulan, keduanya akan menjadi orang tua.
Februari ini kehamilan perempuan kelahiran 8 November 1989 ini tengah memasuki usia 7 bulan. Chacha merasakan bahwa kehamilannya adalah hadiah terindah dari Tuhan.
Banyak proses dan tahapan yang dijalani ini saat mengetahui dirinya tengah berbadan dua. Chacha pun memilih untuk menenangkan diri dan fokus dengan kesehatannya. Termasuk konsultasi dengan dokter tentang pilihan makan dan mengendalikan emosinya.
Sebelum hamil, Chacha pernah didiagnosis terkena endometriosis pada 2017. Menurut laman Healthline, endometriosis adalah gangguan tumbuhnya jaringan, yang mirip dengan lapisan rahim atau endometrium, tumbuh di luar rongga rahim. Perubahan hormon dan siklus menstruasi akan mempengaruhi jaringan ini. Kondisi ini sering terjadi dan dialami sekitar 10 persen perempuan di dunia.
Kisahnya dia bagikan melalui akun Instagramnya, Selasa, 11 Februari 2020. "Bismillah, semoga sharing aku ini manfaat ya, sudah janji dari awal hamil baru sekarang sempat aku sharing awal perjalanan aku merawat dan menjaga kesehatan rahim aku," tulis Chacha.
Awalnya, Chacha mengaku memerikasakan kesehatan reproduksinya, tapi tujuan utamanya bukan untuk hamil. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosisnya mengidap endometriosis. Kabar ini mengejutkan, tapi ternyata Chacha sudah merasakan gejalanya sejak lama.
Menurut Chacha, Sejak SMP dia selalu merasa sakit setiap kali haid. Rasa sakitnya sudah di luar batas normal. Pada 2017, dia melakukan pemeriksaan laparaskopi di sebuah rumah sakit di Singapura, berdasarkan rekomendasi sahabat keluarganya.
Saat itu, suami Chacha sempat minta program bayi tabung, tapi dokter menolak karena tujuan laparoskopi ini buat kesehatan rahim, bukan buat hamil. Dokter mau mencoba kehamilan secara alami dulu selama setahun karena usia Chacha dan suami yang masih sangat muda, 27 tahun ketika itu.
Banyak pengikutnya yang bertanya tentang penyakit yang dia alami. Tapi sejak awal dia menolak menjelaskan. Chacha mengatakan jika cerita ini subjektif murni pengalaman pribadinya dan dia bukan dokter jadi jangan bertanya hal-hal yang sifatnya medis, karena bukan kapasitas dia.
"Nah kalau bingung boleh cari second atau third opinion ke dokter lain, hak kita kok sebagai pasien cari info sebanyak-banyak-nya. Insya Allah ketemu dokter yang paling nyaman dengan kita nyaman ya karena kecocokan dokter kadang tergantung karakter kita juga bukan berarti dokternya tidak bagus," saran Chacha.
Cerita ini dia harapkan menginspirasi para remaja yang mengalami nyeri luar biasa saat menstruasi supaya tidak takut menjalani pemeriksaan di dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
"Jadi buat adik-adik yang seperti aku yuk ke dokter kandungan, mereka asyik-asyik dan baik lho, dokter kandungan bukan hanya untuk ibu hamil. Jadi diubah mindset-nya," imbau Chacha Frederica.