TEMPO.CO, Jakarta - Para penggemar Forever 21 di seluruh dunia mendapat kabar mengejutkan. Brand fashion Amerika Serikat tersebut dikabarkan akan mengajukan bangkrut karena penjualannya menurun.
Menurut laporan Bloomberg dan CNBC, ritel fashion itu telah berusaha bernegosiasi untuk mencari posi pembiayaan baru dan merestrukturisasi utang, tapi diskusi tersebut terhenti.
Hingga saat ini memang belum ada pengumuman perusahaan akan menutup lebih dari 800 gerainya di Amerika Serikat. Tapi berkaca pada ritel fashion lainnya, seperti Top Shop dari Inggris, pengajuan bangkrut biasanya disusul dengan penutupan seluruh gerai di Amerika Serikat.
Mengapa banyak brand fashion yang gulung tikar? Menurut laman Elite Daily, ada dua alasan penyebabnya. Pertama, banyak situs yang menyediakan produk fashion dengan layanan pengiriman supercepat. Kemunculan situs-situs ini membuat orang malas ke mal untuk membeli pakaian.
Kedua, pada 2019, fast fashion mulai ditinggalkan. Fast fashion memproduksi barang-barang atau produk fashion secara massal dalam waktu singkat dan biaya murah karena tingginya akan permintaan pasar.
Baca Juga:
Kini, orang-orang mulai berinvestasi dalam pakaian yang tidak hanya berkualitas lebih tinggi, tetapi juga akan tahan lebih lama. Ini juga mendukung konsep keberlanjutan yang sedang tren di kalangan pencinta fashion.
Berita tentang bangkrutnya Forever 21 mengundang komentar banyak pencintanya di media sosial. Beberapa di antaranya berupa meme lucu. Maklum saja, brand itu sangat sangat melekat di benak anak muda Amerika Serikat, juga di Indonesia. Jadi, akan banyak yang bersedih jika brand ini benar-benar menutup tokonya.
Forever 21 didirikan pasangan Do Won Chang dan Jin Sook Chang pada 1984 dengan nama awal Fashion 21. Menempati lahan 83 meter persegi, toko ini awalnya tidak hanya menjual pakaian, tapi juga aksesori yang dibeli di toko diskon.
HARPER'S BAZAAR | ELITE DAILY | BLOOMBERG | CNBC