TEMPO.CO, Jakarta - Industri fashion salah satu sumber polusi terbesar di dunia. Sebagai merek mode ternama di dunia, H&M dari tahun 2013 sudah mulai melakukan inisiatif atau gerakan untuk fashion yang lebih hijau dan ramah lingkungan. Berbagai inisiatif hijau H&M sudah dilakukan di seluruh dunia, dengan harapan semua bahan yang digunakan merek ini pada tahun 2020 adalah 100 persen sustainable.
Baca juga: Koleksi Kolaborasi H&M dan Moschino Terinspirasi dari Televisi
Di tahun 2017, H&M seluruh dunia sudah menggunakan sustainable garment atau kain yang ramah lingkungan sebanyak 59 persen. Namun, pembeli juga memiliki peran untuk membantu inisiatif hijau ini.
Communications Manager H&M Indonesia, Karina Soegarda mengatakan di setiap negara, toko H&M memiliki Garment Collecting Box, untuk baju-baju yang sudah tidak layak dipakai. "Contohnya kaos kaki bolong yang tidak mungkin kita berikan sebagai donasi untuk yayasan,” jelas Karina saat ditemui, di H&M Showroom, Jakarta Selatan, Rabu 31 Oktober 2018.
Communications Manager H&M Indonesia, Karina Soegarda, saat ditemui di H&M Showroom, Jakarta Selatan, Rabu 31 Oktober 2018. TEMPO/Astari Pinasthika Sarosa
Karina Soegarda menjelaskan kalau merek internasional ini memiliki kolaborasi dengan I:CO, yang bekerja untuk mendaur ulang busana bekas untuk menjadi bahan baru. “Semua baju-baju bekas yang dikumpulkan dikirim ke mereka (I:CO) dan disana dipilih-pilih untuk dibuat menjadi garment. Yang bisa didaur ulang bisa jadi garment, tapi kalau tidak bisa akan dipotong-potong jadi filler sofa, isi bantal, isi kursi mobil,” ujarnya.
Tidak hanya itu, inisiatif H&M ini juga menggunakan katun organik yang sama sekali tidak menggunakan pestisida. “Baju-baju kids kita banyak menggunakan organic cotton karena untuk anak kecil dan bayi lebih hati-hati untuk membuat baju. Organic cotton tidak pakai pestisida sama sekali karena itu aman untuk anak-anak,” ujar Karina Soegarda.