Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Reporter

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
ilustrasi susu (pixabay.com)
ilustrasi susu (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang hingga ke urusan stunting. Stunting adalah masalah gizi kronis yang menimbulkan gangguan tumbuh kembang anak. Stunting terjadi mulai dari kandungan dan umumnya baru ketahuan setelah anak lahir, terutama ketika berusia 2 tahun.

Baca: Ingat, Tak Semua Susu Baik untuk Anak. Ini Contohnya

Peraturan Kepala Badan POM Nomor 21 tahun 2016 tentang Kategori Pangan menyebutkan susu kental manis masuk dalam kategori susu karena memiliki protein sebanyak 7 persen. Meski begitu, konsumsi susu kenal manis secara rutin sebagai minuman, seperti anjuran yang terdapat pada label kemasan sejumlah produk susu kental manis tetap tidak dibenarkan.

"Sebab, sebagian besar kandungan susu kental manis adalah gula," kata Eni Gustina, Direktur Kesehatan Keluarga Direktorat Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Dia mencontohkan, di Nusa Tenggara Timur, pemberian ASI ekslusifnya tinggi yaitu mencapai 60 persen di atas rata-rata nasional. Namun setelah 6 bulan, anak-anak tak lagi minum ASI karena para ibu meyakini ada susu lain yang bisa menggantikan.

Eni menjelaskan, hampir semua ibu di NTT memberikan susu kental manis kepada anak mereka setelah lepas ASI. Mereka beranggapan susu kental manis sama seperti susu dan memiliki kandungan gizi yang cukup untuk anak. "Mereka membeli susu kental manis dalam bentuk sachet yang terjangkau," kata Eni.

Artikel terkait: Susu Kental Manis Aman Dikonsumsi, tapi Ada Syaratnya

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Konsumsi susu kental manis oleh anak-anak di NTT sudah berlangsung lama. Tak heran jika NTT menjadi wilayah dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia. "Dari hasil Pantauan Status Gizi atatu PSG tahun lalu, prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun di Nusa Tenggara Timur mencapai 40,3 persen," ucap dia.

Berangkat dari anggapan yang keliru ini, Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan atau BPOM diminta untuk menjernihkan pengkategorian susu kental manis. Peneliti LBH Jakarta, Pratiwi Febry mengatakan ada pertentangan tentang persepsi susu kental manis.

"Di Peraturan Kepala BPOM Nomor 21 tahun 2016 mengkategorikan susu kental manis sebagai susu yang masuk pada bagian dari analognya. Sedangkan dalam surat edaran tahun ini (SE HK.06.5.51.511.05.18.2000 tahun 2018 tentang Label dan Iklan pada Produk Susu Kental dan Analognya), BPOM mengatakan susu kental manis tidak setara dengan susu jenis lain seperti susu sapi, susu pasteurisasi, susu sterilisasi, dan susu formula," kata Pratiwi Febry. Agar tidak menjadi bumerang ke depan, Pratiwi berharap Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan BPOM untuk mengevaluasi pengkategorian susu kental manis agar tidak membingungkan masyarakat.

AURA

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bappenas Sebut Makan Siang Gratis Bukan untuk Atasi Stunting

10 jam lalu

Sejumlah siswa SMP Negeri 2 Curug, Tangerang, Banten, menunjukkan makanan gratis saat simulasi program makan siang gratis pada 29 Februari 2024. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyediakan 162 porsi dengan empat macam menu makanan sehat senilai Rp 15 ribu per porsi dalam simulasi program makan siang gratis tersebut. Antara/Sulthony Hasanuddin
Bappenas Sebut Makan Siang Gratis Bukan untuk Atasi Stunting

Menurut Bappenas indikator keberhasilan program makan siang gratis adalah peningkatan prestasi belajar


Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

1 hari lalu

Ilustrasi anak dengan stunting. nyt.com
Penyebab Pemerintah Sulit Capai Target Penurunan Stunting di Indonesia

Pemerintah menurunkan target penyelesaian masalah stunting dari 14 Persen menjadi 17 persen pada 2024.


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

3 hari lalu

Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands (kiri) dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) saat bertemu di London, Senin (29/4/2024) (ANTARA/HO-Kemenko Perekonomian)
RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

4 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

4 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

9 hari lalu

Ilustrasi minum susu/Danone
Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

Memilih antara susu sapi dan susu kerbau bergantung pada preferensi individu, kebutuhan nutrisi, dan pertimbangan pola makan.


Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

10 hari lalu

Ilustrasi stunting. freepik.com
Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

12 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

12 hari lalu

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Tempo/Yohanes Maharso Joharsoyo
Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.