TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi asal Amerika Serikat, Taylor Swift, juga tertarik pada politik. Ia mengajak remaja Tennesse di negerinya untuk memilih Partai Demokrat setelah dua tahun lalu mendukung Partai Republik.
Dikutip dari Variety.com, setelah sekian lama bungkam pascamengajak pengikut Instagram untuk memilih perwakilan Partai Republik untuk Tennesse pada November 2017, kini Taylor Swift membuka suara keberpihakan politiknya melalui akun yang sama. Swift mengakui bahwa dua tahun berlalu dan hal itu telah mengubahnya.
Artikel lain:
Taylor Swift Selalu Penuh Inspirasi, Ini Kiatnya
Evolusi Sepatu Taylor Swift
"Saya selalu ingin bisa memilih kandidat yang mau melindungi dan berjuang untuk hak asasi manusia. Saya percaya kita semua layak mendapatkan itu di negeri ini," ujarnya.
Swift menegaskan dia percaya pada wakil rakyat yang mau memperjuangkan hak-hak kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Dia juga menegaskan ikut melawan bentuk diskriminasi apapun terhadap orientasi seksual dan gender.
"Saya percaya sistem rasisme masih ada di negara ini, yang melihat orang kulit berwarna itu lebih rendah," tuturnya.
Ia menegaskan tidak memberi suara politik untuk seseorang yang tidak mau memberikan kebaikan bagi seluruh elemen masyarakat Amerika Serikat.
Ketika mendorong penggemarnya di Tennesse untuk mendukung Marsha Blackburn, ia mengaku karena mendukung lebih banyak perempuan masuk dalam dunia kerja. Namun dia tak bisa memilih Blackburn lagi karena rekam jejak politiknya pernah menolak LGBT. Menurut Swift, hal itu bukanlah bagian dan nilai-nilai masyarakat Tennessee.
Baca juga:
Rahasia Rambut Halus Taylor Swift dan Kaki Kinclong Beyonce
Bagi Selena Gomez Taylor Swift Seperti Kakak Sendiri, Tapi
"Saya akan memilih untuk Phil Bredesen dan Jim Cooper jadi angota senat," katanya melalui akun Instagramnya. Bredesen dan Cooper adalah anggota Demokrat.
"Tolong, tolong, ajari dirimu melihat kandidat-kandidat yang mencalonkan diri di daerahmu. Pilih yang paling cocok dengan nilai-nilai kehidupan. Kita mungkin tidak akan pernah bisa pilih kandidat yang 100 persen setuju dengan isu ini. Namun setidaknya kita tetap bisa memilih," tambahnya.