TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua yang berpikir dengan membantu anak mencegah dari kegagalan, anak akan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan menjadi bekal kesuksesan mereka kelak. Padahal, menurut hasil ulasan terhadap 200 penelitian yang dimuat dalam Jurnal Ilmu Psikologi untuk Kepentingan Umum, kepercayaan diri yang timbul karena tidak pernah merasakan kegagalan bukan jaminan performa baik pada pendidikan dan kesuksesan berkarier.
Penelitian juga menunjukkan, anak-anak yang selalu dilindungi dari kegagalan akan lebih mudah mengalami depresi dan cenderung tidak puas dengan kehidupan mereka saat dewasa.
Baca Juga:
Baca juga:
Awas, Obat-obatan Ini Berpotensi Memicu Depresi
Apa Beda Gelisah dan Depresi? Ini Kunci & Tandanya
Anak Perempuan 2 Kali Lebih Berisiko Depresi, Alasannya?
Jangan Abaikan Rasa Murung, Bisa Jadi Gejala Depresi
Anak-anak ini ibarat hidup di dalam lingkaran sendiri. Ketika mereka dewasa dan orang tua tidak lagi mendampingi, mereka baru menyadari kerasnya kehidupan. Karena terbiasa dilindungi, anak sulit menerima kenyataan ketika kehidupan terasa sulit dan tidak berjalan sesuai rencana.
Lewat kegagalan, anak akan belajar sebab akibat dan konsekuensi alami dari sebuah tindakan. Misalnya, jika tidak belajar maka akan gagal dalam ujian atau jika tidak rajin berlatih maka akan gagal memenangkan pertandingan.
Dengan membiarkan anak merasakan pengalaman semacam itu sendiri, mereka akan belajar tentang pentingnya mengambil keputusan dan tindakan yang tepat untuk mendapatkan konsekuensi seperti yang diinginkan.
Ketika orang tua menghalangi proses belajar ini dengan selalu menyelamatkan anak dari kegagalan, akan ada konsekuensi alami juga.