TEMPO.CO, Jakarta - Siti Hardiyanti Rukmana atau biasa disapa Mbak Tutut adalah putri sulung Presiden Soeharto. Dengan Raden Ayu Siti Hartinah atau Ibu Tien, Soeharto memiliki enam putra-putri, yaitu Tutut, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi atau Titiek, Hutomo Mandala Putra atau Tommy, dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau Mamiek.
Baca juga:
PSI Tayangkan Video Soeharto, Tutut: Serahkan kepada Allah
Tutut Soeharto sebagai kakak tertua berperan besar dalam membimbing adik-adiknya, terutama setelah Ibu Tien meninggal pada 28 April 1996. Saat itu, Tutut Soeharto berusia 47 tahun dan sampai sekarang masih memperhatikan aktivitas lima adiknya.
Kini, dua adik Tutut Soeharto berkecimpung di dunia politik dengan membawa bendera partai berbeda. Mereka adalah Titiek Soeharto, yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR dari Partai Golongan Karya, dan Tommy Soeharto, yang mendirikan sekaligus menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Berkarya.
Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto. TEMPO/Zulkarnain
"Saya pasti mendukung adik-adik, asalkan itu untuk kebaikan negara Indonesia," kata Tutut Soeharto setelah berbuka puasa bersama di Cendana, Jakarta Pusat, Senin, 4 Juni 2018. Sebagai kakak tertua, perempuan 69 tahun itu memberikan kebebasan kepada adik-adiknya untuk melakukan kegiatan apa pun yang mereka ingin lakukan. "Asal tetap kembali kepada jiwanya mereka ke mana. Saya tidak pernah memaksa."
Titiek Soeharto di mimbar utama pada jeda Sidang Paripurna pemilihan Pimpinan MPR di Gompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 7 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Yang jelas, tutur Tutut Soeharto, sebagai anak-anak Presiden RI kedua, mereka bertanggung jawab melakukan segala sesuatu yang positif untuk negara, seperti dicontohkan bapaknya. Kepada adik-adiknya, Tutut Soeharto mengingatkan soal bagaimana bapaknya menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk berbakti kepada negara. Karena itu, dia juga ingin aktivitas adik-adiknya sejalan dengan apa yang dilakukan ayah mereka.
Saat ditanya, apakah Tommy Soeharto sempat meminta restu sebelum mendirikan Partai Berkarya, Tutut mengatakan, "Itu rahasia."
Soeharto memerintah 32 tahun dengan memanfaatkan militer dan aparatur sipil negara. Kekuasaannya ditandai pembungkaman oposisi dan pemberangusan kebebasan berekspresi meski Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Pada Mei 1998, Soeharto akhirnya mundur dari posisi Presiden setelah demonstrasi massal, kerusuhan dan krisis ekonomi melanda Indonesia. Ketika ayahnya mundur, Tutut menjabat sebagai Menteri Sosial, sebuah posisi yang dikritik dia peroleh dari jalur nepotisme.