TEMPO.CO, Jakarta - Ada orang dewasa yang kerap melontarkan canda kepada anak tentang pacar-pacaran. Ketika anak berteman dengan lawan jenis, kemudian orang dewasa meledek dengan ucapan, 'cie, pacaran nih', atau orang dewasa iseng menggoda anak dengan mengatakan dia pacar si A atau si B, bisa berdampak buruk buat anak yang digoda.
Baca juga:
Anak Mengeluh Lapar saat Puasa, Coba Alihkan dengan Cara Ini
Kate Middleton Izinkan Anaknya Main Gadget di Satu Kesempatan
Mendengar tanggapan dari orang dewasa itu, anak bisa saja berpikir kalau dia sudah boleh menikah. Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan Keluarga dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Rohika Kurniadi Sari mengingatkan orang tua agar tidak meledek anak-anak yang bermain dengan lawan jenis dengan menyebut mereka berpacaran.
"Anak-anak mudah meniru. Model yang dia tangkap akan diikuti," kata Rohika di Jakarta, Jumat 25 Mei 2018. Ketika anak digoda pacar-pacaran, mereka kemudian akan menyesuaikan dengan apa yang diperbuat lawan jenis di kehidupan nyata, misalnya bagaimana ayah memperlakukan ibunya, atau kakaknya yang sudah dewasa dan sedang berpacaran. Anak-anak juga bisa mendapatkan informasi tentang pacaran dari Internet.
Ilustrasi anak remaja berpacaran diawasi orang tuanya. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Rohika menjelaskan, persepsi pacar-pacaran yang terbangun dalam pikiran anak sejak kecil berpotensi memicu perkawinan anak. Padahal, inilah tantangan para orang tua supaya anak bisa menikmati masa kecilnya tanpa dipaksa dewasa sebelum waktunya. "Perkawinan anak harus dicegah karena dapat melanggar hak-hak anak, baik hak anak yang dikawinkan maupun anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut," ucap dia.
Selain itu, perkawinan anak dapat menimbulkan berbagai masalah yang disebabkan ketidaksiapan mereka dalam berumah tangga. "Dengan menikah, anak dipaksa menjadi dewasa. Padahal, organ reproduksi mereka masih berkembang dan belum siap. Begitu pula dengan kondisi psikologis. Bila terjadi pertengkaran dengan pasangannya, anak-anaknya bisa menjadi korban," katanya.
Indonesia saat ini berada di urutan ketujuh dengan angka perkawinan anak tertinggi di dunia. Di Asia Tenggara, Indonesia juga menjadi negara dengan angka perkawinan anak tertinggi kedua setelah Kamboja.