TEMPO.CO, Jakarta - Ambruknya selasar Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta Selatan, Senin, 15 Januari 2018, telah menyedot banyak perhatian. Apalagi, banyak korban cedera pada musibah tersebut yang tidak hanya menderita secara fisik tapi juga psikis, misalnya trauma dan kenangan buruk yang tak terlupakan seumur hidup.
"Biasanya mereka akan mengalami reaksi stres akut dan nantinya akan mengalami PTSD (post traumatic stress disorder/masalah stres pascatrauma)," jelas psikiater Dr. Dian Widiastuti Vietara SpKJ (K).
"Biasanya kami akan melakukan psikoterapi CBT (cognitive behaviour therapy) dan jika diperlukan akan diberikan obat pyla psikofarmaka," lanjut Kepala Seksi Pelayanan Medik RSJ Mutiara Sukma di Provinsi Nusa Tenggara Barat itu.
Lama atau singkatnya masa pemulihan pascatrauma itu sendiri tergantung masing-masing orang. Menurut Dian, masa pemulihan pascatrauma tergantung daya tahan terhadap stres masing-masing orang, bahkan tak tertutup kemungkinan mereka trauma masuk ke gedung besar.
"Intinya, tak semua orang yang mengalami kejadian traumatik yang membahayakan atau mengancam hidup tersebut adalah PTSD," ujar psikiater konsultan anak dan remaja itu.
Menurutnya, ada empat gejala PTSD, yakni flash back atau kilas balik, hypervigilant atau ketegangan, nightmare alias mimpi buruk, dan sikap avoidance atau menghindari obyek yang menimbulkan trauma.
"Terapi yang diberikan biasanya CBT dengan cara exposure dan memperbaiki persepsi yang distorsi. Obat yang diberikan biasanya antidepresan untuk memperbaiki suasana hati yang menurun, cemas, dan tidak nyaman," jelasnya.
PIPIT
Artikel lain:
Begini Histerisnya Pegawai Ketika Selasar Gedung BEI Ambruk
Pengakuan Korban Selasar BEI Ambruk: Awalnya Bunyi Retakan
Cerita Saksi Mata Soal Mahasiswa Tertimpa Selasar BEI yang Ambruk