TEMPO.CO, Jakarta - Program Keluarga Berencana (KB) sangat berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI meliputi angka kematian ibu saat hamil, melahirkan, maupun masa nifas. Sayangnya, AKI di Indonesia masih tinggi, bahkan, setara dengan negara-negara miskin seperti Bangladesh, India, atau Pakistan.
Pada 2017 misalnya, AKI berada di kisaran 259 hingga 305 per 100 ribu kelahiran. Angka ini jauh dari target yakni 102 per 100 ribu kelahiran. Guru Besar Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM, Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG(K) menyatakan, perilaku reproduksi menjadi penyumbang AKI.
"Perilaku tersebut meliputi hamil 4T yaitu terlalu banyak, terlalu rapat, terlalu muda, dan terlalu tua. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia tahun 2012 menunjukkan sekitar 32,5 persen AKI terjadi akibat melahirkan terlalu tua dan terlalu muda. Sementara sekitar 34 persen akibat hamil karena terlalu banyak (lebih dari 3 anak)," urai Biran, dalam diskusi forum Ngobras di Jakarta pekan lalu.
Baca juga:
Ketahui Penyebab Pasangan Sulit Hamil
Alasan Implan KB Kurang Populer di Indonesia
Implan KB Ganggu Siklus Haid, Ketahui Mana yang Mitos dan Fakta
Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan sebagian besar AKI akibat melahirkan terlalu muda. "Karenanya peran KB sangat penting dalam menurunkan AKI. Jika KB gagal maka AKI tidak akan turun," tegas Biran.
Sementara itu, survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 2015 menyebut 51 persen remaja putri di perkotaan sudah melakukan hubungan seksual dan di pedesaan mencapai 40 persen. Ketika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, mereka tidak memiliki kesempatan menjadi remaja, tetapi langsung berperan sebagai ibu dengan segala kompleksitasnya.
Sedangkan kehamilan terbaik pada usia 20-35 tahun. Pada usia itu, kata Biran, perempuan sudah siap secara fisik dan mental. "Fakta lain yang tak kalah penting, persalinan anak pertama dan kedua adalah persalinan yang paling rendah risikonya, dengan jarak antar kehamilan minimal 2 tahun," ujarnya.