TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali berpartisipasi dalam maraton akuarobik yang berlangsung serentak di hampir 80 negara pada Sabtu, 11 November 2017. Maraton yang dimulai pukul 09.00 waktu setempat ini melibatkan lebih dari 190 instruktur internasional dan klub akuarobik Water Exercise Therapy (WET).
Baca juga:
Mengenal Akuarobik, Senam Gembira di Air
Di wilayah regional Asia Tenggara, Indonesia bersama Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura, menjadi penyelenggara The 5th Worldwide Aquathon Day 2017. Dan untuk pertama kalinya, WET Indonesia menampilkan pertunjukkan “water dancing” yang dibawakan oleh anggota-anggota WET Indonesia sebagai bagian dari perayaaan marathon air dunia 2017.
Tahun ini, dengan tema “Sehat dan Bahagia Bersama Air” WET turut mengadakan seminar yang membahas relasi air dengan kesehatan manusia, termasuk bagaimana olahraga air bisa memicu tumbuh-kembang kreatifas bayi dan anak. Pendiri WET Indonesia yang juga instruktur internasional akuarobik Damiana Widowati mengatakan tema ini diusung untuk mengubah pola pikir masyarakat Indonesia yang cenderung memilih tindakan kuratif daripada preventif atau pencegahan dalam berbagia isu kesehatan.
“Semangat preventif harus dimulai dari tahap yang paling hulu dalam kehidupan manusia, yakni bayi dan anak. Oleh karenanya, mulai 2017 WET Indonesia menaruh perhatian khusus pada latihan akuarobik bayi dan anak,” ucap Damiana Widowati yang biasa disapa Dotty, ini.
Baca Juga:
Anggota WET Indonesia memperagakan gerakan akuarobik menggunakan pelampung yang dinamakan noodle. TEMPO | Dwi Nur Santi
Dokter spesialis syaraf Andreas Harry mengatakan olahraga di air adalah salah satu bentuk olahraga yang paling baik untuk membantu melatih kemampuan sensorik, motorik, dan kognitif. Menurut dia, pengenalan olahraga air, termasuk akuarobik, yang dilakukan dari enam tahun pertama kehidupan seorang anak, akan terbawa hingga 60 persen ke masa depan kesehatannya nanti.
Salah satu kekuatan utama olahraga air adalah besarnya kesempatan membangun ikatan atau bonding antara anak dengan ayah dan ibunya. "Suasana bebas, rileks, dan menantang di dalam air akan memicu stimulasi motorik sekaligus pancaindra, serta perkembangan emosi anak,” kata psikolog anak dan remaja, Adisti F. Soegoto.
DWI NUR SANTI