TEMPO.CO, Jakarta - Bersyukurlah kita hidup di daerah tropis karena tidak pernah kekurangan sinar matahari. Sinar matahari memberikan banyak manfaat bagi manusia dan tubuh, seperti memperkuat pernapasan, melancarkan aliran darah dan metabolisme, merangsang pembentukan vitamin D, serta memperbaiki sistem kekebalan tubuh. (Baca: Tips Cantik: 5 Cara Pakai Tabir Surya Tanpa Merusak Makeup)
Namun paparan sinar matahari berlebih bisa memberikan dampak negatif pada kulit yang tidak terlindungi, seperti kulit terbakar, terasa kasar, penuaan dini, hingga kanker kulit.
"Sinar matahari adalah faktor yang mempercepat penuaan, misalnya berkerut, flek, dan kanker kulit. Kanker kulit awalnya bisa berupa tahi lalat, tapi gampang berdarah dan gatal," kata Dr Srie Prihianti Gondokaryono SpKK dalam acara peluncuran kampanye Nivea #ILoveMyBody di Jakarta.(Baca juga: Saran Pemakaian Tabir Surya yang Tepat dari Dokter Kulit)
Untuk menjaga kulit tetap sehat, Srie menyarankan agar kita rutin membersihkan kulit serta memakai pelembab dan tabir surya minimal SPF 30. Ia juga mengingatkan agar kita tidak terkecoh dengan angka SPF. Sebab, banyak yang percaya bahwa semakin tinggi SPF, semakin sempurna tabir surya itu melindungi kulit dari sinar matahari.
"SPF di atas 50 sebenarnya proteksinya tak terlalu berbeda dengan yang 30. Angka SPF hanya peringatan kapan kita harus menggunakan lagi tabir surya. Sebaiknya, setiap dua jam tabir surya dioleskan ulang," ujar Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) itu.
Lalu seperti apa kulit yang sehat? Menurut Srie Prihianti, ciri kulit yang sehat adalah bersih dan tidak berjerawat, warna rata tanpa flek atau belang, serta lembab dan kencang. Kondisi kulit bisa diukur menggunakan USG kulit, meksameter, atau korneometer. (Artikel terkait: Trik Memilih Sunblock yang Cocok)
PIPIT