TEMPO.CO, Jakarta -Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics pada Oktober 2016 menunjukkan bahwa orang tua seringkali melakukan kesalahan dalam memberikan dosis obat cair untuk anak. Akibatnya, memang sebagian besar sekitar 94 persen akibat kesalahan ini tidak memerlukan perawatan medis, tapi ada juga yang menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian.
Kesalahan terbesar adalah saat memberikan obat penghilang rasa sakit cair untuk mengurangi demam seperti acetaminophen dan ibuprofen, lalu obat alergi dan antibiotik.(baca: Arti Keluarga, Simak Pengalaman Legenda Bulutangkis Indonesia)
Tak hanya obat berbahan kimia, dalam pemberian suplemen, obat herbal atau perawatan homeopati juga sering terjadi kesalahan. Nah, berikut kesalahan dan tip pengobatannya agar anak tetap aman dilansir dari laman Todays Parent:
1. Dosis yang salah
Ikuti dosis yang direkomendasikan oleh dokter atau apoteker atau seperti tertulis pada kemasannya. Sebagian besar dosis obat anak didasarkan pada berat badan. Hal ini merupakan cara paling tepat untuk pemberian dosis. Ada juga obat yang berdasarkan usia, perkiraan berat menurut usia.
Pemberian dosis obat cair dalam satuan mililiter (mL) atau dalam bentuk sendok teh atau sendok makan. Untuk amannya, berikan dosis obat cair anak dalam ukuran mililiter (mL) dengan alat tetes yang mudah digunakan atau cangkir obat dengan garis mililiter yang jelas untuk dosis yang tepat.(baca:Dr Ryan Thamrin Bahas Tidur dengan Posting Gambar Bayi )
Baca Juga:
2. Mengulangi dosis
Kesalahan pemberian obat terutama pada bayi adalah mengulangi dosis yang diberikan. Lupa jadwal pemberian obat. Jika lupa satu sesi pemberian obat, jangan menggandakan pemberian dosis di jadwal berikutnya. Satu kali pemberian obat harus sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
3. Jarak pemberian obat terlalu berdekatan
Ikuti jadwal pemberian dosis dari dokter, apoteker atau petunjuk dalam kemasan. Jangan memberikan obat dengan jarak yang singkat atau lebih lama melebihi dosis maksimum per hari. Canadian Pediatric Society tidak menyarankan pemberian obat secara bergantian, karena dapat menyebabkan kesalahan dosis berlebih.
4. Ragam alat pengukuran
Ada dosis obat yang diukur dengan miligram (pil), mililiter (cairan), mikrogram (inhaler / puffers). Tugas apoteker untuk melakukan konversi alat ukur seperti obat padat untuk diberikan dalam bentuk cair . Jangan terpaku pada apa yang diresepkan dari dokter yang terpenting adalah konsultasikan dengan apoteker tentang petunjuk pemakaian.
5.Memberi obat yang salah
Selalu membaca label untuk petunjuk dan tanggal kadaluarsa. Hal ini untuk memastikan obat yang diberikan sesuai dengan gejala dan usia anak dan belum habis masa berlakunya. Jangan membuang label dari botol obat. Selalu kembalikan obat ke wadah aslinya sesuai petunjuk dan informasi pemberian dosis. Biasakan memeriksa secara berkala lemari obat untuk mengetahui tanggal kadaluarsa. Tanggal kedaluwarsa tidak selalu tercantum dalam botol dan botol, jadi tanyakan kepada apoteker Anda jika Anda tidak yakin. Petunjuk penggunaan dan masa kadaluarsa obat akan mengurangi khasiat dan keamanan obat.(baca: Ada Sepatu Roda Stiletto, Berani Coba?)
6. Memberi obat di tempat yang salah
Obat untuk anak umumnya diberikan dalam bentuk cair dengan cara oral.Namun obat bisa diberikan di mata, telinga, hidung, kulit,atau bagian tubuh lainnya. Selalu baca labelnya untuk memastikan bagian tubuh yang diberikan obat.
DINA ANDRIANI