TEMPO.CO, Jakarta - Dulu, gelar sarjana masih menjadi pilihan dan syarat untuk diterima kerja, dan para kandidat pencari kerja dibeda-bedakan berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka enyam.
Namun, berdasarkan penelitian JobStreet Indonesia, sekarang semua itu tidak lagi terlalu dilihat oleh perusahaan. Meski demikian, bukan berarti gelar pendidikan tidak menjadi nilai tambah bagi para pelamar kerja. (Baca: Cinta Menyulap Stretch Mark Jadi Karya Seni, Lihat Hasilnya)
Memang beberapa perusahaan masih mengharapkan pelamar memiliki gelar sarjana, tapi gelar itu tidak akan memberi perbedaan signifikan dalam hal membuka kesempatan diterima kerja bagi mereka. Pasalnya, pendidikan tinggi kini lebih mudah dicari dan ditempuh.
Apalagi, mendapatkan gelar sarjana kini bisa didapatkan secara online dan banyak universitas luar negeri yang membuka kampus cabang di seluruh Asia. Gelar sarjana pun menjadi sesuatu yang ‘lumrah’ dan bukan lagi sebuah keistimewaan.
Jadi, sekadar mengandalkan curriculum vitae pada gelar sarjana yang diperoleh, ada baiknya para pelamar bekerja lebih dengan lebih berfokus pada hal-hal lain yang lebih membuka peluang mereka untuk diterima kerja. Apa sajakah itu?
Menurut penelitian terbaru The Independent, 58 persen perusahaan menempatkan pengalaman kerja sebagai kualifikasi paling populer untuk menerima pegawai baru, dan 48 persen lainnya menempatkan pengalaman kerja sebagai faktor terpopuler kedua. (Baca: Rahasia Tampil Cantik Candice Swanepoel)
Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat memperkirakan hanya 33 persen pekerjaan di Amerika Serikat yang membutuhkan gelar sarjana. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran fokus kualifikasi rekrutmen ke faktor pengalaman dan pelatihan di bidang yang dibutuhkan.
Dari penelitian terhadap 500 perusahaan yang dilakukan oleh University of Hertfordshire, hampir 50 persen dari responden yang disurvei merasa lebih menyukai faktor pengalaman kerja yang relevan sebagai persyaratan merekrut pegawai baru.
Hanya satu dari empat perusahaan yang tertarik pada gelar sarjana. Bahkan, mereka cenderung tidak terlalu memperhitungkan reputasi universitas sebagai pertimbangan untuk merekrut pegawai baru.
Campus and Institutional Event Executive JobStreet Indonesia Satya Sultanudin mengatakan secara umum ada sepuluh hal utama yang dilihat oleh perusahaan saat mempertimbangkan rekrutmen pegawai baru.
“Sepuluh hal itu mencakup pengalaman kerja yang sesuai, etika di tempat kerja, sarjana di bidang apa, semangat, kedewasaan, klasifikasi pendidikan, ramah, reputasi universitas, ambisi dan tujuan karier, serta kepemimpinan,” katanya memaparkan.
Dia menjelaskan ketimbang menonjolkan gelar sarjana dan almamater pada surat lamaran kerja, lebih baik para kandidat pelamar kerja lebih berfokus untuk memenuhi kriteria lain yang dibutuhkan perusahaan.
“Fokuslah untuk memiliki keterampilan apa yang diharapkan oleh perusahaan; baik keterampilan teknis, praktis, maupun keterampilan-keterampilan lain yang dapat dipindahtangankan,” ujarnya.
Selain itu, fokuslah pada keterampilan-keterampilan yang tidak bisa didapatkan di universitas. Misalnya, keterampilan memberikan gagasan dan ide cemerlang untuk mengembangkan perusahaan. (Baca: Grit, Penentu Sukses yang Melebihi Bakat)
“Waktu berubah, dan begitu pula persepsi tentang nilai yang dirasakan dari keterampilan dan atribut seseorang sebagai karyawan. Jangan khawatir jika kualifikasi Anda lebih rendah dibandingkan kualifikasi akademis rekan kerja Anda. Sebab, pengalaman kerja dan sikap Anda akan lebih dihargai oleh perusahaan.”