TEMPO.CO, Jakarta -Filler salah satu perawatan yang dapat dilakukan untuk menyamarkan kerutan serta garis-garis halus, kini semakin populer selama beberapa tahun terakhir. Prosedur yang cepat dan hasil yang sangat baik tanpa rasa khawatir seperti efek operasi plastik. Tapi bukan berarti filler tidak memiliki risiko yang menakutkan.
Baru-baru ini sebuah studi yang disebarkan melalui Journal of American Society of Plastic Surgeons, menemukan sembilan pasien di Korea Selatan mengalami kebutaan karena filler yang berisi asam hyaluronic.
baca juga :
Mau Bisnis Sosial? Intip Trik Nila Tanzil Bikin Travel Sparks
Merah Genjot Percaya Diri, pada Si Pemalu juga?
Air Dingin Vs Air Hangat, Mana Lebih Sehat?
"Salah satu risiko filler adalah bahan filler masuk dan menghalangi pembuluh darah,” ujar Joshua Zeichner, MD, direktur riset kosmetik dan klinis dermatologi di Mount Sinai Hospital di New York City. Jika hal tersebut terjadi dapat menyebabkan kerusakan. Penyumbatan dapat mencegah pengiriman oksigen dan nutrisi lainnya. Jika berdampak pada kulit dapat menimbulkan jaringan parut, dan jika terkena mata dapat menyebabkan kebutaan.
Tentu saja studi kasus ini cukup menakutkan bagi Anda yang tertarik menggunakan filler. Hal yang perlu Anda ketahui tentang risiko kebutaan ini, pertama adalah risiko ini sangat langka. Untuk semua prosedur filler yang sudah dilakukan 2,6 juta orang berdasarkan data American Society of Plastic Surgeons, hanya ada sedikit kasus yang dilaporkan berakhir dengan kebutaan.
“Untuk itu, setelah filler disuntikkan lalu secara signifikan Anda mengalami nyeri yang sangat hebat, kulit berwarna ungu atau kehitaman segera konsultasikan kepada dokter,” ujar Zeichner seperti dilansir dari Allure. Filler yang berisi asam hyaluronic dapat terlarut, sehingga jika ada masalah, semakin cepat Anda menyadarinya semakin baik kesempatan untuk menghindari efek yang lebih serius.
Kedua, bagian tubuh tempat prosedur filler dilakukan. "Daerah-daerah tertentu lebih berisiko daripada yang lain, misalnya area di antara alis, hidung dan daerah hidung," ujar dermatolog Sejal Shah. Pada daerah tersebut sunikan neurotoxin atau Botox atau Dysport justru lebih aman.
Terakhir adalah teknik melakukan filler. Jadi pastikan Anda melakukan prosedur filler dengan ahli yang memahaminya. "Kebanyakan kami tidak menyuntikkan filler pada bagian tubuh yang berisiko tinggi dan menarik kembali alat penyuntik dari jarum suntik, sebelum penyuntikkan untuk memastikan jarum tidak berada di dalam pembuluh darah,” ujar Zeichner.
Sejal Shah menambahkan untuk memastikan Anda mendapatkan perawatan terbaik, melakukan prosedur fillerf oleh dokter kulit bersertifikat atau ahli bedah plastik yang memahami anatomi wajah dan teknik menyuntikkan beberapa filler yang berbeda. Para ahli ini juga akan merespon dengan cepat bila ada efek samping yang terjadi setelah prosedur filler dilakukan.
NIA PRATIWI