TEMPO.CO, Jakarta - Selain fungsinya sebagai media untuk mengunggah foto, video, dan mengekspos kehidupan pribadi, Instagram ternyata bisa digunakan untuk membantu mereka yang depresi serta mengidap kesehatan mental lainnya. Ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Universitas Drexel, Philadelpia, AS, pada Februari 2017.
Dari penelitian tersebut disimpulkan, foto dapat membantu individu menjelaskan perasaan dan pengalaman mereka yang menyedihkan atau rumit tanpa harus berkata-kata. Selain itu, para peneliti juga menemukan, interaksi di Instagram seperti memberikan tanda “suka” atau menulis komentar dapat memecah keheningan dalam pikiran mereka.
Komentar-komentar bernada positif dan mendukung membuat Instagram bagaikan surga bagi penderita depresi maupun gangguan kesehatan mental lain seperti kecemasan berlebihan, gangguan makan, hingga stres akibat masalah pribadi.
Tim peneliti dari Drexel menemukan bahwa semakin banyak orang menggunakan Instagram untuk mengutarakan perasaan dan pengalaman tentang gangguan mental serta psikis yang mereka alami. “Alasannya, terkadang lebih mudah mengungkapkan perasaan lewat gambar daripada kata-kata. Kadang pengalaman yang ingin mereka bagikan terlalu menyakitkan, rumit untuk dijelaskan,” ujar anggota peneliti dari Universitas Drexel, Nazanin Andalibi.
Para peneliti mempelajari respon yang diperoleh hampir 800 kiriman gambar via Instagram yang memakai tagar #depresi dari 24.920 akun secara acak selama sebulan. Hasilnya, Instagram banyak digunakan sebagai platform untuk membicarakan masalah kesehatan. Bahkan, dimanfaatkan sebagai sumber bagi orang-orang yang mencari dukungan terkait kesehatan mental.
Secara keseluruhan, 41 persen dari kiriman yang memakai tagar #depresi beroleh dukungan sosial. Mulai dari dukungan sederhana seperti memberikan tanda “suka”, mendapat berbagai saran, cerita pengalaman pribadi, dan kalimat-kalimat penyemangat di kolom komentar seperti, “Aku tahu bagaimana rasanya,” “Aku pernah merasakannya,” atau “Kau kuat dan cantik.”
Kiriman yang menyebutkan gangguan lebih spesifik misalnya gangguan makan, umumnya menerima komentar dukungan dua kali lipat di instagram. “Hal ini menandakan bahwa orang menggunakan kolom komentar sebagai kendaraan untuk memvalidasi pemikiran mereka atau perasaan orang lain dan untuk mendapatkan interaksi timbal balik,” ujar Andalibi.
Baca juga:
Dosis Minum Kopi yang Bikin Umur Panjang
Deteksi Sakit Kaki yang Biasa Dialami Pelari
Daniel Mananta Terobsesi Terus Kurus dengan Satu Cara Favoritnya