TEMPO.CO, Jakarta - Paham radikalisme semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Dan seni dianggap cara efektif untuk menangkal hal tersebut.
Pemilik galeri dan pecinta seni Vivi Yip prihatin dengan radikalisme yang kian mengancam masyarakat, terlebih yang mengancam anak-anak. Sebagai pihak yang berkutat di bidang seni, Vivi percaya kesenian dapat meredam hal tersebut. “Dengan melibatkan aktivasi kesenian dalam diri anak-anak, mereka akan memiliki perspektif lain dan kemampuan kritisnya akan berjalan,” ujarnya.
Wanita yang pernah berkarier di balai lelang Sotheby’s tersebut menambahkan orang-orang yang terlibat dalam terorisme umumnya tersesat karena tak memiliki pilihan lain. Menurutnya, mereka yang terlibat gerakan teroris bukanlah orang bodoh tetapi hanya mengaktivasi otak kirinya saja sedangkan otak kanannya tidak terisi.
Dengan seni, ujar Vivi, akan terjembatani antara otak kiri dan kanan sehingga pemikiran mereka akan seimbang. Bagi Vivi, orang-orang yang mengaktifkan otak kanannya seperti seniman tak mudah terpengaruh dalam hal-hal berkonotasi radikalisme. “Tak ada seniman yang radikal atau teroris,” ujarnya.
Vivi menuturkan belum lama ini hal tersebut telah dipraktikkan dalam sejumlah acara. Para guru diberi pelatihan tentang mengajar dengan menyertakan kesenian di dalamnya. Hasilnya, imbuh Vivi, para guru tersebut senang dengan metode tersebut.
Dia mengaku telah menyampaikan hal itu ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selanjutnya, Vivi berharap pemerintah mengimplementasikan hal itu. Lebih dari itu, Vivi melihat sudah saatnya anak-anak sekolah mendapat pelajaran seni rupa yang utuh. “Saya prihatin anak-anak SMA tidak tahu siapa itu Affandi?,” ucapnya.
BISNIS
Artikel lain:
Manfaat Anak Belajar Menulis Huruf Sambung
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Tidur Mangap, Apa Penyebabnya?
Menjelang HPL, Cek Daftar Perlengkapan Bersalin yang Wajib Dibawa