TEMPO.CO, Jakarta -Memaafkan itu tak gampang. Begitu kata Spesialis Kedokteran Jiwa dari Klinik Psikosomatik RS Omni Alam Sutera, Tanggerang, Dr Andri. Harus bisa merendahkan hati, dan mengurangi makna kesalahan dari orang yang berbuat salah. “Kalau masih dendam kesumat, tentunya akan sulit memaafkan,” katanya kepada Tempo pada 20 Juni 2017 Sore.
Disebutkan Andri, bahwa puasa sebulan penuh memberikan makna yang baik dalam kehidupan sehari-hari. “Dalam puasa kita mengkondisikan pikiran dan perasaan dan perilaku ke dalam hal yang baik,” katanya. Artinya juga melatih untuk merendahkan diri sehingga bisa berempati pada orang lain. (baca :Kalau Daging Sapi Diganti Jangkrik, Apa Asyiknya?)
Andri juga menjelaskan bahwa meminta maaf juga bukan sesuatu yang gampang, “Saat meminta maaf, itu adalah saat kita sedang merendahkan hati, melepaskan semua ego untuk meminta maaf,” ujarnya. Sambil menambahkan bahwa masih banyak orang yang merasa tidak perlu meminta maaf, karena merasa dirinya lebih tinggi.
Saling memaafkan artinya masing-masing harus merendahkan hati, dan saling mengurangi makna kesalahan yang dibuat itu, Tambah Andri. “Kalau orang itu sudah jelas berbuat salah, kita harus mengurangi makna kesalahan tersebut. Kalau masih dendam kesumat, tentunya akan sulit memaafkan,” katanya lagi.
Seseorang yang bisa memaafkan artinya, yang bersangkutan sudah memiliki pikiran positif, dan punya niat untuk menjalin silaturahmi. “Itu sangat penting, dan saya kira ini juga sangat penting ditanamkan di hari istimewa seperti Idul Fitri ini,” katanya. (baca :Cara Beri Dukungan kepada Teman yang Menderita Kanker)
SUSAN