TEMPO.CO, Jakarta - Sepiring nasi goreng dengan potongan daging kambing sebesar kubus es tersaji di meja. Di pinggirnya ada kerupuk bawang. Jika suka, kita bisa menambah telur mata sapi atau telur dadar di atasnya. Sepintas, nasi goreng kebuli kambing ini mirip nasi goreng kambing umumnya. Namun, indera penciuman langsung bereaksi.
Aroma nasi goreng yang terhirup memberi tanda bahwa nasi goreng ini berbeda dari hidangan yang serupa tapi tak sama. Wangi olahan kebuli yang khas berasal dari kapulaga, cengkih, jintan, kayu manis, dan minyak samin meruap. Nafsu makan langsung membuncah cukup dengan sekali menghirup aromanya.
Selain aroma, warna nasi goreng ini pun berbeda dari nasi goreng umumnya. “Warnanya lebih coklat dibandingkan nasi goreng biasa karena bumbu rempah-rempah yang dipakai juga berbeda,” kata Rahma Maharani, 21 tahun, kasir di warung nasi goreng kebuli Apjay.
Meski komposisi bumbunya terasa kompleks di lidah, proses memasaknya cukup cepat. Rahma memberikan rahasianya. “Bumbu kebulinya sudah diracik sebelum berjualan. Kalau ada yang pesan tinggal campur bumbu dengan nasi,” kata dia. Sebab itu, meski antrean kami kala itu mencapai delapan porsi, menunggu sepiring nasi tersaji di depan mata tak sampai bikin darah mendidih.
Nasi goreng bumbu kebuli ini berbeda dengan nasi kebuli yang kita tahu selama ini. Perbedaannya terletak pada proses memasaknya. Nasi kebuli dimasak dengan mencampur seluruh bumbu saat beras ditanak. Sedangkan pada nasi goreng kebuli, bumbu ditambahkan belakangan ke dalam nasi yang sudah dicampur daging kambing.
Meski potongannya besar-besar, tekstur daging kambingnya tetap empuk. Bumbunya menyerap ke dalam daging sehingga bau perengus khas kambing yang bisa menimbulkan enek, tak terasa. “Saya antikambing karena baunya, tapi di sini kerasa cocok, soalnya enggak bau dan bumbunya yahud,” kata Laras, 37 tahun.
Nasi goreng merupakan menu khas Indonesia yang paling mudah dijumpai dari Sabang hingga Merauke. Makanan satu ini ditahbiskan sebagai makanan yang paling banyak dicari masyarakat Indonesia sepanjang 2015. Aplikasi direktori kuliner Indonesia, Qraved, merilis nasi goreng jadi menu pertama makanan yang paling dicari oleh sejuta pengguna aktif Qraved, baru kemudian ayam goreng dan bakso menyusul di posisi kedua dan ketiga.
Di Ibu Kota, nasi goreng berbumbu rempah yahud bukan cuma milik warung Apjay. Bergeser sekitar delapan kilometer ke Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, ada Nasgor Mafia yang kesohor dengan varian nasi goreng kaya rempahnya yang diberi nama ala mafioso. Ada menu God Father, Bandit, Preman, Gangster, Triad, Brandal, dan Yakuza.
Seperti nama menunya, level pedas di restoran khusus nasgor rempah ini juga seram bagi lidah yang tak tahan pedas. “Kalau dulu bisa sampai level 20 tapi sejak bulan ini dibatasi cuma sampai level lima saja karena ada penyesuaian dengan harga bahan baku,” kata Dian, 34 tahun, kasir.
Nasi goreng Mafia awalnya didirikan di Bandung. Kini, nasi goreng itu merambah kota besar lainnya seperti Pekanbaru, Jakarta, Yogyakarta, Depok, Garut, Cimahi, dan Bali. Sang pemilik, Kharisma Akbar, menambahkan banyak rempah pada nasi gorengnya agar bisa menjadi destinasi wisata kuliner alternatif. Nama Mafia pun sebetulnya adalah akronim dari “makanan favorit Indonesia”.
Lihat video : Nasi Goreng Kebon Sirih
Ada tiga menu nasi goreng andalannya, God Father yang cenderung manis, lalu Brandal, dan Gangster yang pedas. Rupa ketiga nasi goreng ini memang berbeda sesuai dengan ciri khas cita rasa yang diusung. Brandal yang tampil paling meriah dimasak dengan menonjolkan kemangi dan rempah, seperti tauco, kencur, lengkuas, pala, lada, dan cabai. Daun kemanginya yang menghitam bercampur baur dengan nasi goreng yang berwarna kecoklatan.
Meski paling mawut, nasi goreng ini paling digemari karena godaan aroma kemanginya dan bumbu rempah yang tak terlalu kuat. Berbeda dengan Gangster yang sangat kuat bumbu kencur dan lengkuasnya. Bagi penggemar nasi goreng yang tak terlalu suka rasa rempah yang menusuk, bisa memesan God Father yang sedikit ramah di lidah dan cenderung manis kecap.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Lapar? Coba Menu Liwet Beralas Daun Pisang
3 Restoran di Angkasa, Tamu Makan Sambil Terbang
Dapur Panglima, Dapur Maskulin Pelestari Kuliner Lokal