TEMPO.CO, Jakarta - Data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menunjukkan angka kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah atau BBLR di Indonesia merupakan yang terbesar ke-9 di dunia, yaitu 15,5 persen dari setiap kelahiran bayi setiap tahunnya.
Kondisi BBLR bisa disebabkan kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu yang dikenal dengan istilah bayi prematur, atau bayi dengan kelahiran cukup bulan namun memiliki berat badan kurang dari 2500 gram.
Dari dua penggolongan tersebut, kondisi prematur merupakan penyebab kematian tertinggi pada bayi di bawah 1 bulan di Indonesia. Perhatian atas bayi prematur masih terbilang rendah karena belum banyak informasi yang diterima ibu, salah satunya ihwal popok yang aman bagi tubuh bayi yang sangat mungil dan masih rentan.
Popok bayi yang ada pasaran saat ini kurang bisa memenuhi kebutuhan bayi prematur karena napas bayi tak bisa terlihat jelas. Musabbanya, bagian dada bayi tertutup popok yang ukurannya kebesaran. Bahkan ukuran popok yang paling kecilpun, masih terbilang jumbo untuk bayi dengan bobot tubuh di bawah 2,5 kilogram.
Ukuran popok yang terlalu besar ini, bisa memicu kebocoran karena ada bagian yang longgar. Selain itu, supaya napas bayi terlihat jelas, bagian popok kerap dilipat supaya bagian dada yang kembang kempis saat bernapas, terlihat.
"Pemilihan popok yang sesuai bagi bayi prematur harus tepat ukuran dan lembut, artinya sesuai dengan berat badan dan kulit bayi yang masih sensitif," kata Ketua Perinatologi RSCM, Dr. Rinawati Rohsiswatmo dalam acara donasi inkubator dari PT. Unicharm Indonesia ke RSCM di Jakarta.
Selain itu, Rinawati melanjutkan, bentuk atau pola popok bayi semestinya berbentuk kurva atau seperti huruf C karena bentuk tubuh bayi prematur cenderung telungkup atau curling up. "Bayi akan bernapas dengan stabil dan merasakan kenyamanan pada posisi curling up karena sama seperti dalam kandungan ibu," ujar Rinawati.
LUCIANA
Berita lainnya:
Kiat Merawat Bayi Prematur
Faktor Pemicu Bayi Lahir Prematur
Ibu Bertubuh Pendek Lebih Mungkin Lahirkan Bayi Prematur