TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi paru merupakan penyakit kronis yang memerlukan perubahan atau penyesuaian gaya hidup. Pengobatan juga harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis. Jika tidak, maka bisa menyebabkan gagal jantung kanan. Tekanan darah tinggi pada hipertensi paru terjadi karena arteri pulmonal yang membawa darah dari jantung ke paru-paru menyempit atau menebal sehingga jantung kanan harus bekerja lebih keras untuk memompa darah tersebut menuju paru-paru.
Selain itu, pasien yang terdiagnosa hipertensi paru memerlukan pengobatan dalam jangka waktu lama bahkan seumur hidup. Meskipun hipertensi paru cenderung tidak dapat disembuhkan, pengobatan yang tersedia dapat membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Pengurus Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI), Dhian Deliani, mengatakan berdasarkan data dari Yayasan Hipertensi Paru Indonesia (YHPI), prevalensi hipertensi paru di dunia adalah 5-10 pasien per 100.000 penduduk. Dengan kata lain seharusnya ada sekitar 12.500-25.000 pasien hipertensi paru di Indonesia. Sangat jauh dengan realita yang terdata di YHPI, yaitu sekitar 120 pasien aktif dari seluruh Indonesia.
Selain karena gejalanya tidak khas, banyak pasien Hipertensi Paru yang tidak terdiagnosis, disebabkan masih minimnya alat diagnosis echocardiography di Indonesia serta pengenalan Hipertensi Paru di kalangan awam maupun profesional medis.
Lebih lanjut Dhian mengatakan, ketersediaan jenis obat hipertensi paru di Indonesia yang masih minim juga menjadi salah satu kendala. Dari 14 jenis obat yang ada di dunia, hanya empat yang tersedia di Indonesia dan dan hanya satu yang ditanggung BPJS.
"Kami berharap Pemerintah dapat lebih memperhatikan pasien-pasien penyakit langka ini dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) bisa turut mengakomodir kebutuhan pasien akan obat ini, terutama obat golongan Sildenafil yang belum masuk ke dalam daftar formularium nasional yang bisa ditanggung oleh BPJS," ujar Dhian.
Handoko Santoso, Direktur Medis Pfizer Indonesia juga menambahkan, melalui visi untuk memimpin melalui inovasi untuk Indonesia yang lebih sehat, Pfizer berkomitmen menjalankan segala kegiatan dan operasionalnya demi masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
Salah satunya, katanya, dengan mengadakan kegiatan Pfizer Press Circle (PPC) dengan topik “Mengenal Lebih Dekat Hipertensi Paru”. PPC kali ini menghadirkan pakar hipertensi paru dan juga pengurus Yayasan Hipertensi Paru Indonesia yang mengajak jurnalis untuk berdiskusi mengenai penyakit hipertensi agar lebih mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.
"Melalui kegiatan ini kami berharap dapat lebih membuka mata masyarakat tentang pemahaman penyakit ini dan agar tidak menganggap sepele penyakit langka ini karena semakin cepat dideteksi, semakin besar pula peluang para pengidap untuk berobat hingga sembuh," tambahnya.
Artikel lain:
Semakin Aktif, Anak Lebih Mudah Belajar Membaca
5 Hal tentang Wanita yang Dianggap Aneh oleh Pria
Minyak Almond dan Zaitun, Mana yang Lebih Membuat Cantik?