Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Guru Besar IPB: 1 dari 5 Remaja Bogor Kena Anemia

image-gnews
Ilustrasi ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com
Ilustrasi ibu menemani anaknya belajar. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor, Profesor Dodik Briawan, mengatakan anemia pada anak usia kurang dari dua tahun akan mengganggu perkembangan saraf otak atau kemampuan kognitif, bahkan bisa menurunkan IQ hingga 10 persen.

"Di Bogor, satu dari lima remaja mengalami anemia. Anemia dapat menurunkan 20 persen kemampuan bekerja dan kemampuan kognitif, serta bersifat permanen," katanya.

Baca: Anemia Ternyata Bukan Penyakit Akibat Kurang Darah

Ia menjelaskan, anemia merupakan masalah gizi mikro yang dialami hampir semua negara. Jumlah penderitanya diperkirakan mencapai dua miliar orang atau sepertiga dari populasi dunia. Penderita anemia paling banyak berasal dari Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika.

Baca juga: 35 Persen Pekerja Wanita Kena Anemia, Produktivitas Anjlok

Secara umum, dia melanjutkan, 50 persen kejadian anemia disebabkan kurangnya asupan zat besi sehingga sering disebut anemia gizi besi atau AGB. Anemia sudah dikenal sejak pertengahan abad ke-16 di Eropa dengan nama chlorosis.

"Saat ini, sudah diketahui cara pengobatannya dengan garam besi. Dalam satu hari, kebutuhan manusia akan zat besi hanya 60 miligram per hari, dan bisa tercukupi dengan mengkonsumsi daging, telur, dan ayam," ujar pakar gizi IPB ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ia menyebutkan akan ada fenomena loss generation (kehilangan generasi) dan bisa mengakibatkan kematian karena menurunnya imunitas akibat anemia. AGB terjadi karena rendahnya kualitas konsumsi pangan. Sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras 97,7 persen dan sayuran 79,1 persen.

Pola diet yang dilakukan tersebut meningkatkan risiko anemia gizi besi, anemia karena infeksi, dan penyebab lain, seperti infeksi cacing dan malaria serta inflamasi karena TB dan HIV/AIDS.

Hasil penelitian mahasiswa Program Magister IPB 2016 mengungkapkan estimasi kerugian ekonomi bangsa Indonesia terhadap kasus anemia mencapai Rp 62 triliun atau setara dengan 0,711 persen PDB. "Kerugian ekonomi pada anak balita dan sekolah Rp 1,3 juta, remaja Rp 830 juta, wanita dewasa Rp 1,9 juta, dan laki-laki dewasa Rp 2,8 juta per kapita per tahun," katanya.

Dodik menambahkan, pemerintah telah melakukan beberapa program untuk menangani AGB, yakni melalui fortifikasi pangan, suplementasi zat besi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) gizi, serta peningkatan kualitas konsumsi pangan. "Pada 2016, Bank Dunia menyatakan investasi US$ 1 untuk perbaikan anemia pada kelompok wanita usia subur akan mengembalikan uang US$ 12. Artinya, investasi di bidang gizi, khususnya anemia, sangat menguntungkan," ujarnya.

ANTARA

Artikel lain:
Penjelasan Ahli tentang Fase Pubertas sampai Menopause

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

11 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas/obesitas dan kesehatan. Shutterstock.com
Anak Obesitas dan Kurang Gizi Berisiko Tinggi Kekurangan Zat Besi

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, suatu kondisi yang mengakibatkan kurangnya sel darah merah yang sehat.


Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

15 hari lalu

Babe Cabita. Foto: Instagram/@raditya_dika
Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Diidap Mendiang Babe Cabita

Anemia aplastik merupakan penyakit langka yang terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah dan trombosit yang cukup.


Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

15 hari lalu

Menu sambal goreng hati sapi. shutterstock.com
Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?


9 Cara Mengatasi Mata Berkunang-kunang

38 hari lalu

Ilustrasi mata berkunang-kunang. Shutterstock
9 Cara Mengatasi Mata Berkunang-kunang

Mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya mata berkunang-kunang dan menjaga kesehatan mata Anda secara keseluruhan.


7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

38 hari lalu

Ilustrasi anemia. (Style Craze)
7 Penyebab Mata Berkunang-Kunang yang Harus Diketahui

Mata berkunang-kunang terkadang terasa seperti sedang melihat bintang, kilatan cahaya, atau aura.


BRIN Teliti Manfaat Daun Kelor untuk Atasi Stunting dan Anemia

45 hari lalu

Daun Kelor. Pexels.com
BRIN Teliti Manfaat Daun Kelor untuk Atasi Stunting dan Anemia

BRIN menggarap proyek penelitian tentang intervensi pemberian makanan tambahan yang diperkaya daun kelor untuk balita berstatus stunting dan anemia.


Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

5 Februari 2024

Banjir Istilah Kesehatan Saat Debat Capres: Stunting, Gizi Buruk, Obesitas, hingga Anemia

Isu kesehatan dalam debat capres muncul mulai dari stunting, gizi buruk, obesitas, dan anemia. Ini artinya.


Bahaya Ibu Hamil Makan Kedelai Utuh bagi Janin Laki-laki Menurut Dokter Kandungan

18 Januari 2024

Ilustrasi kacang kedelai. Sustainablepulse
Bahaya Ibu Hamil Makan Kedelai Utuh bagi Janin Laki-laki Menurut Dokter Kandungan

Dokter kandungan mengatakan makan kedelai utuh bisa memicu masalah genital pada janin laki-laki. Apa dampaknya?


Pakar: Ibu Hamil Perlu Zat Besi tapi Jangan Kelebihan Vitamin A, Cek Risikonya

16 Januari 2024

Ilustrasi ibu hamil. Shutterstock
Pakar: Ibu Hamil Perlu Zat Besi tapi Jangan Kelebihan Vitamin A, Cek Risikonya

Ibu hamil butuh zat besi untuk mencegah anemia dan perkembangan janin tapi tak dianjurkan mengasup vitamin A terlalu banyak. Pakar sebut risikonya.


Peneliti FKUI Ingatkan Bahaya Pajanan Timbal pada Anak

10 Januari 2024

Ilustrasi panci. id.priceaz.com
Peneliti FKUI Ingatkan Bahaya Pajanan Timbal pada Anak

Pajanan timbal dapat menyebabkan beragam gangguan kesehatan, khususnya pada anak. Berikut penjelasan peneliti FKUI.