TEMPO.CO, Jakarta - Food craving alias kecanduan makan. Ini adalah gejala mengkonsumsi jenis makanan tertentu yang tak berhubungan dengan kebutuhan tubuh. Biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya emosional, hormonal, dan proses biokimia tubuh.
Menurut Grace Judio-kahl, dokter cum praktisi gaya hidup sehat, bentuk food craving yang umum ditemui selain intensitas makan yang berlebih adalah makan camilan di waktu senggang. "Lambat laun menjadi kebiasaan makan yang tak sehat," ujar Grace di Jakarta.
Celakanya, kata Grace, kebiasaan ngemil bisa memicu konsumsi berlebih pada bahan makanan yang bersifat adiktif, seperti gula, garam, lemak, gandum, dan kafein. Asupan itu masuk ke tubuh bukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi, melainkan merangsang otak untuk mengaktifkan sensasi kenikmatan. "Penelitian menyebutkan gula bisa seadiktif kokain," tutur dokter lulusan University of Tubingen, Jerman, itu.
Soal gejala kecanduan ini, Grace mengatakan masyarakat Indonesia tanpa sadar mengalami adiksi pada karbohidrat. Ia sering mendengar ungkapan bahwa belum kenyang bila tak makan nasi. Di lain sisi karbohidrat pada nasi bisa memicu obesitas.
Ia menyarankan agar masyarakat menerapkan pemeriksaan diri mandiri saat lapar. Hal itu membiasakan tubuh mengenali sumber rasa lapar. Kata Grace, ada rasa lapar yang dipicu oleh rangsangan visual, bau, dan otak. Nah, aktivitas makan yang ideal dipenuhi ketika rasa lapar timbul karena perut kosong, bukan dipicu oleh tiga rangsangan tersebut.
Berita lainnya:
Resep Kue Sikaporo Khas Bugis
Keajaiban pada Otak Anak di Usia 0-6 Tahun
Jangan Abaikan Nyeri Haid karena Bisa Berdampak pada Kesuburan