TEMPO.CO, Jakarta - Kita mungkin sering mendengar pendapat makanan yang asin akan membuat haus. Tapi hasil penelitian telah mementahkan opini tersebut dan menganggapnya hanya mitos. Sebaliknya, garam justru akan membuat tubuh terhidrasi dan berenergi.
Sekelompok peneliti internasional melakukan tes atas teori tersebut dengan cara memonitor asupan garam dan kadar hidrasi para kosmonot selama perjalanan mereka ke Mars. Hasilnya, ungkapan bahwa garam akan membuat haus sama sekali tidak benar. Baca: Trik Mengakali Makanan Tetap Lezat tanpa Garam
Kenyataannya, para peneliti mendapatkan fakta makanan asin tidak membuat haus dan para kosmonot lebih terhidrasi dan berenergi. Keputusan untuk mengetes teori tersebut di kalangan antariksawan telah menghasilkan dua manfaat.
Yang pertama, informasi ini sangat berguna buat para kosmonot. Hidrasi adalah faktor penting yang harus dijaga selama perjalanan panjang di antariksa, di mana jumlah makanan dan minuman terbatas. Agar pengaturan stok makanan mereka lebih efektif dan para astronot itu tetap sehat, tim perjalanan ruang angkasa harus menghitung dengan teliti hubungan antara garam dan asupan cairan.
Yang kedua, teori para peneliti itu menawarkan kontrol lingkungan yang sempurna. Setiap aspek dari nutrisi seseorang, konsumsi air, dan asupan garam harus terkendali dan diukur selama simulasi. Subyek penelitian adalah dua kelompok yang terdiri dari 10 relawan laki-laki yang dimasukkan ke dalam pesawat ruang angkasa tiruan untuk dua penerbangan simulasi ke Mars. Artikel terkait: 8 Masalah Kulit yang Tuntas dengan Garam
Kelompok pertama diteliti selama 105 hari dan kelompok kedua selama 205 hari. Diet mereka sama. Kecuali pada periode beberapa minggu terakhir mereka diberi makanan dengan tiga kadar garam berbeda. Hasilnya, konsumsi lebih banyak garam menyebabkan lebih banyak kandungan garam di air seni dan jumlah urine yang lebih banyak.
Meningkatnya jumlah urine bukan karena mimun lebih banyak. Makanan asin telah membuat para relawan hanya minum sedikit. Garam telah memicu mekanisme penyimpanan air di ginjal.
Sebelum penelitian, sudah ada hipotesa kandungan sodium dan ion klorida pada garam menyerap ke dalam molekul air dan mengirimnya ke urine. Namun hasil penelitian mengatakan lain, yakni garam tetap berada di urine dan air kembali ke dalam ginjal dan tubuh.
Hasil tersebut sempat membingungkan peneliti Profesor jens Titze dan koleganya. Namun setelah melakukan percobaan pada tikus, mereka mendapatkan jawaban. Kadar garam yang tinggi tak membuat mahluk pengerat itu haus, tapi justru lebih lapar. Rasa lapar itu pula yang diungkapkan para relawan penelitian.
Kepada Daily Mail, Titze mengakui timnya tidak mengaitkan penelitian dengan tekanan darah dan aspek-aspek lain dari sistem kardiovaskular.
PIPIT