TEMPO.CO, Jakarta - Lima tahun lalu Catherine Hindra Sutjahyo sukses membangun Zalora, toko online yang berfokus pada jual beli produk fashion. Setelah itu, manajemen Alfamart mendapuknya sebagai kepala eksekutif (chief executive officer/CEO) AlfaOnline.
Lulusan bisnis Nanyang Technological University ini langsung tancap gas. Dia mengubah AlfaOnline menjadi Alfacart.com pada Mei 2016. Konsep bisnis daring diubah. Catherine meluncurkan online to offline (O2O). Skema bisnis O2O menjagokan gerai offline sebagai penunjang transaksi di media daring. Baca: Reza Rahadian Bilang Kartini Sekarang Bukan Soal Kesetaraan
Dalam versi Alfacart, gerai berfungsi sebagai sarana pengambilan barang dan sarana pembayaran. Konsumen dapat mengambil barang yang sudah dipesan maupun menuntaskan pembelian melalui gerai Alfamart terdekat. Baca juga: Kartini, Antara Kebaya dan Edukasi Habis Gelap Terbitlah Terang
Bisnis Alfacart terus berkembang. Saat ini Alfacart sudah berkongsi dengan 12 ribu toko dari Sumatera hingga Papua. "Harus kami akui, Alfacart masuk dunia e-commerce agak terlambat. Makanya harus dipastikan ada yang berbeda dibanding pemain lainnya,” kata Catherine. Artikel lainnya: Dian Sastro Gonta-ganti Peran Sampai Akhirnya Jadi Kartini
Sejak diluncurkan arus transaksi Alfacart melambung cepat, 70 persen pelanggannya menggunakan gerai sebagai sarana pembayaran. Sedangkan 80 persen pengguna menggunakan Alfamart sebagai sarana pengambilan barang. Dari total transaksi, 70 persen barang yang dijual adalah kebutuhan sehari-hari.
Catherine mengatakan, konsep O2O mampu menjangkau perdagangan ke daerah-daerah yang belum terjamah selama ini. Dia optimistis bisnis Alfachart akan semakin moncer. Apalagi, kata dia, penetrasi perdagangan online hingga kini hanya ramai di kota-kota besar.
Ke depan, Catherine akan mempeluas jaringan Alfacart dengan menggandeng toko kelontong. Pemilik toko bisa menjadi mitra asalkan memiliki tempat penyimpanan barang permanen. Pengusaha kelontong juga dapat menjadi rekanan perihal pembayaran. "Kami berikan aplikasi alfacart. Kalau perlu, kami bisa berikan smartphone. Kami harus membantu usaha kecil menengah untuk berkembang,” kata dia.
Saat ini, kerja sama dengan pengusaha kecil masih di sekitar Jabodetabek. Jika hasilnya bagus, Alfacart berencana menggaet 8.000 mitra usaha rakyat hingga akhir tahun. Terkait Kartini: Kartini Menyembah, Dian Sastro: Enggak Penting dan Bikin Capek
Direktur Eksekutif Usaha Kecil Menengah Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Zakir Muchtar, mengapresiasi, ide Catherine. Dia menganggap Alfacart bisa mendongkrak geliat bisnis skala kecil. Konsep O2O juga bisa membuat transaksi Alfamart bergeliat. "Ide Catherine bisa memecah kebuntuan itu,” kata dia.
KORAN TEMPO
Artikel lain:
Kartini dan 5 Perempuan Pahlawan Emansipasi
Festival Kartini Peselancar Pakai Kebaya, Konsentrasi Pecah
Kata Menteri Retno, Nila, dan Khofifah Ihwal Kartini di Birokrasi