TEMPO.CO, Jakarta - Semua orang tahu bahwa sarapan itu penting dan tak bisa diabaikan. Sarapan merupakan sumber energi , penunjang kegiatan yang memenuhi sepertiga kebutuhan asupan gizi harian.
Sayangnya, banyak orang yang salah memaknai sarapan tanpa memperhatikan jumlah, jenis, dan waktu.
Sarapan yang baik dilakukan untuk anak-anak, misalnya. adalah minimal 30 menit setelah dia bangun. Atau satu jam setelah melakukan aktivitas. Ini karena tubuh butuh relaksasi dan sistem pencernaan siap menerima makanan. Begitu disebutkan Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Indonesia Hardinsyah, dalam acara peluncuran Pendidikan Sarapan Sehat di Jakarta, 10 April 2017.
Jenis makanan untuk sarapan pun harus khusus. Yaitu selain bergizi juga harus aman, tidak terlalu asam dan pedas. "Tingkat keasaman atau PH pada hidangan untuk sarapan sebaiknya netral," ujar Guru Besar Tetap Ilmu Gizi dari Institut Pertanian Bogor. Disebutkan juga jika ingin mengetahui berapa kecukupan gizi kita, sebaiknya melihat jumlah kebutuhan kalori atau energi dari daftar angka kecukupan gizi yang dianjurkan per orang per hari.
Soal menu, tak perlu dibedakan antara orang dewasa dan anak-anak. "Yang harus diperhatikan adalah jumlah kalori sesuai kebutuhan tubuh masing-masing, kalau jenis makanan dapat sama," ujar Hardiansyah. Tapi ditambahkan, bagi yang sudah usia lanjut atau masih balita mungkin perlu diperhatikan tekstur makanannya. Sementara, ibu hamil harus diperbanyak konsumsi makanan yang mengandung asam folat. Misalnya , Jeruk, pisang, alpukat dan sayuran yang berdaun hijau.
Bagaimana jika sarapan ditinggalkan? Hardiansyah menyebutkan jika anak tidak dibiasakan sarapan, maka akan muncul generasi yang lemah, rentan sakit dan masa depannya suram. "Ini karena, tanpa sarapan, anak tidak dapat beraktivitas dan menyerap ilmu dengan baik," katanya.
Tak dipungkiri, sarapan sehat terutama untuk anak sekolah banyak manfaatnya. Selain membuat tubuh menjadi kuat, sehat, cerdas, ceria, juga membangun disiplin dan kebersamaan.
”Sarapan bisa membuat anak menjadi kuat, sehat, fokus serta semangat dalam belajar . Terpenting dapat melatih anak dispilin serta membangun kebersamaan bersama keluarga,”ujar Hardinsyah.
DINA ANDRIANI
Artikel lain:
Efek Air Keras Pada Kulit, Bagaimana Mengatasinya?
Riset: Penghitungan BMI Tak Bisa Jadi Acuan Kesehatan
Jangan Diam Disakiti Kekasih, Lakukan 7 Tindakan Berikut