TEMPO.CO, Jakarta - Proses fermentasi kedelai menjadi tempe adalah salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang harus dibanggakan dan dilestarikan. Berdasarkan catatan sejarah, tempe telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Harga tempe pun tidak mahal serta mudah didapat.
Pakar tempe yang juga guru besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor, Made Astawan, mengatakan tempe terbukti mengandung zat gizi dan non gizi.
"Tempe juga sangat bermanfaat bagi pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan manusia, di antaranya meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah kanker payudara," katanya.
Menurutnya, dalam 100 gram tempe ada kandungan protein sebesar 16 gram yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh sehingga tidak mudah terkena penyakit.
"Sistem imun yang baik mencegah kita terkena penyakit yang menular atau tidak menular. Dalam salah satu riset kami, mengkonsumsi tempe dan olahannya terus-menerus sejak menarche (haid pertama) mampu mencegah terkena kanker payudara," ujar Made.
Di antara berbagai pangan tradisional Indonesia, hanya tempe yang telah memiliki bukti ilmiah terbanyak terkait khasiat. Dia mengatakan tempe mengandung komponen fungsional berupa vitamin, mineral, asam lemak tidak jenuh, peptida, asam amino, serat pangan, prebiotik, probiotik, isoflavon, fitosterol, dan lain-lain.
Jumlah pengrajin tempe di Indonesia mencapai lebih dari 100 ribu unit yang tersebar di 18 provinsi dan 177 kabupaten/kota. Sebagian besar produsen merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah yang menggunakan rumah sebagai tempat produksi.
"Saat ini tempe tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga di 27 negara lain di dunia," katanya.
Namun proses pembuatan tempe di Indonesia masih banyak yang kurang higienis sehingga tidak sesuai dengan persyaratan mutu nasional dan regional Asia.
"Lebih dari 99 persen pengrajin tempe yang produknya belum memenuhi persyaratan mutu," kata Made.
Dia mengingatkan perlu ada pembinaan agar proses produksi tempe dilakukan secara benar sesuai ketentuan Good Manufacturing Practices (GMP). Pasalnya, proses produksi tempe secara higienis akan menghasilkan produk sesuai standar sehingga siap berkompetensi di tingkat nasional, regional, dan internasional.
Dia menuturkan pihaknya mengusulkan tujuh strategi menciptakan industri tempe, antara lain peningkatan produksi kedelai nasional, pemenuhan persyaratan mutu tempe nasional dan internasional, serta perbaikan proses pembuatan tempe di tingkat pengrajin.
Selain itu, harus ada pula penganekaragaman produk olahan tempe berorientasi ekspor, pengkajian ilmiah khasiat tempe untuk kesehatan, peningkatan inovasi dan citra tempe di tingkat internasional, serta perbaikan atas mispersepsi terhadap tempe.
BISNIS
Artikel lain:
Rambu Pakai Lensa Kontak Bagi Pemula
Luka Bakar Akibat Air Keras Bisa Disembuhkan, Asal?
Mengetahui Kepribadian dari Huruf Awal Namamu