TEMPO.CO, Jakarta - Tak perlu malu untuk mencurahkan isi hati atau curhat, sebuah akronim yang sudah terdengar akrab. Curhat dipercaya menjadi salah satu terapi yang baik untuk mencegah depresi.
Hampir setiap orang pernah curhat, baik itu tatkala mendapatkan kegembiraan ataupun menghadapi kecemasan. Hal sederhana yang dilakukan semua orang ini ternyata memiliki manfaat yang besar karena dapat menghindarkan seseorang dari depresi.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, M. Subuh, menekankan pentingnya upaya memahami lebih dalam tentang depresi agar dapat menemukan cara menanggulangi, serta pentingnya dukungan bagi orang-orang yang mengalami depresi dengan menemani dan menyemangati, dan mendengarkan tanpa menghakimi.
"Tanpa kita sadari sebenarnya curhat itu penting. Mengekspresikan perasaan bisa mengurangi beban masalah kejiwaan," ujarnya
Masalahnya, stigma yang dilabelkan kepada orang yang mengalami depresi di antaranya orang yang tidak dekat dekat dengan Tuhan, kurang iman, tidak sabar terhadap cobaan Tuhan, diguna-guna, didekati makhluk halus, dan lain sebagainya.
Untuk itu, stigma terhadap depresi harus dikurangi. Masyarakat harus lebih peka terhadap tanda dan gejala depresi. Setiap orang perlu bicara tentang depresi secara terbuka dan dewasa, peka terhadap tanda dan gejala agar bisa mendapatkan bantuan layanan kesehatan jiwa.
“Orang yang mengalami depresi itu merasa dirinya tidak baik,sementara orang-orang di sekitarnya tidak peka. Padahal orang yang depresi itu sedang sakit dan membutuhkan bantuan kita untuk sembuh dari penyakitnya," tutur Subuh.
Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia, Diah Setia Utami, menyatakan bahwa masyarakat bisa membantu orang-orang yang mengalami depresi dengan mendengarkan mereka berbicara dan membuka wawasan bahwa di sekitar mereka ada harapan dan banyak orang yang ingin membantu.
Diah juga sangat berharap agar stigma depresi di masyarakat bisa dikurangi, bahkan dihilangkan, karena hal tersebut justru menjadi penghambat upaya seseorang menolong dirinya keluar dari situasi depresi yang dialami dan justru memperparah keadaan.
“Seringkali mereka tahu ada yang terjadi dalam dirinya, tapi merasa rakut salah menyatakan perasaan. Terkadang mereka sudah bicara tapi tidak didengarkan, malah dinasehati, atau disalahkan. Itu justru memperparah keadaan," katanya.
Secara umum, yang dibutuhkan adalah pendengar yang baik, utamanya adalah tidak memotong pembicaraan, bukan menasehati, apalagi menyalahkan.
“Tidak memotong pembicaraan, bersifat mendukung, bisa memahami, dan mendengarkan dengan reflektif. Harus benar-benar bisa menjadi orang yang bisa mendengar, bukan hanya mendengar tapi memperhatikan," tambahnya.
Menyimak itu bukan hanya memakai telinga saja untuk mendengar, tetapi juga menggunakan indera lainnya, seperti mata untuk melihat gerak tubuh dan ekspresi, hati untuk berempati terhadap apa yang dikatakan, dan pikiran untuk mengkoneksi setiap kata dan ucapan.
BISNIS
Artikel lain:
Problem Calon Pengantin Menjelang Pernikahan
Ikan Penting untuk Ibu Hamil, Tapi Simak Dulu Syaratnya
7 Alasan Kenapa Kita Harus Berbuat Baik