TEMPO.CO, Jakarta - Olahraga bagi wanita hamil banyak manfaatnya bagi sang ibu juga janin dalam kandungan. Buat ibu hamil, olah tubuh selama hamil dapat memperkuat dan melenturkan otot perut.
Olahraga juga membuat tidur lebih nyenyak, menurunkan risiko diabetes gestasional -yang terjadi selama kehamilan, mengurangi lemak di tubuh, dan membuat persalinan lebih cepat. "Sebab, jika ototnya kuat dan lebih lentur karena banyak latihan, tubuh ibu akan lebih siap menghadapi persalinan," kata pelatih olahraga prenatal dan pascanatal, Adianti Reksoprodjo.
Adapun bagi bayi, olahraga yang dilakukan ibu akan membuat mereka lebih sehat. Badan lebih ramping karena lemak tubuh lebih sedikit, tak rewel, dan lebih cerdas. "Dari penelitian, kemampuan berbahasanya lebih baik sampai usia lima tahun," ujarnya. Adianti menjelaskan beberapa teknik melatih otot perut, yakni dengan latihan kegel, yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, latihan otot perut, menjaga postur selama kehamilan, dan memakai korset setelah melahirkan.
Menurut dokter kesehatan olahraga Michael Triangto, latihan otot perut juga bisa dilakukan sambil berjalan. Bukan jalan kaki biasa, tapi jalan seperti saat orang sedang jalan sehat (power walk). Tangannya ikut diayunkan ke depan dengan bertenaga sehingga otot perut ikut tertarik. Ia menganjurkan jalan kaki minimal 30 menit setiap hari. "Ibu juga jadi tak gampang capek dan lebih segar," katanya.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Ni Komang Yeni Dhanasari mengatakan, latihan otot perut ini perlu dilakukan mulai trimester kedua kehamilan. Selain dengan gerakan-gerakan yang disebutkan oleh Adianti dan Michael tadi, ibu bisa melakukan yoga dan pilates. Keduanya memiliki banyak gerakan peregangan tubuh sehingga membuat otot lebih elastis dan kuat. Ibu juga dilatih mengatur napas, yang akan sangat berguna untuk proses persalinan.
Hanya saja, kata dia, tak semua perempuan bisa melakukan olah tubuh seperti ini. Mereka yang kehamilannya bermasalah tak dianjurkan berolahraga. Misalnya tali plasentanya menutup jalan keluar janin serta menderita darah tinggi, pusing, dan mual-muntah. "Karena itu, setiap kali periksa, ibu harus tanya ke dokter, apakah aman untuk berolahraga atau tidak," ujarnya.
Tapi, kalau ibunya sehat, menurut Yeni, prinsipnya tetap bisa melakukan olahraga apapun selama aman bagi dirinya dan kehamilannya. Olahraganya disesuaikan dengan kondisi tubuh dan trimester kehamilan.
Pada trimester pertama, ibu masih boleh banyak melakukan olahraga yang bersifat kardio, seperti berenang, bersepeda, dan aerobik ringan. Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga, olahraga difokuskan untuk menguatkan otot perut dan panggul menghadapi persalinan.
MAJALAH TEMPO
Berita lainnya:
Manfaat Sayur, Buah dan Ikan pada Ibu Hamil
Risiko Kekurangan Asam Folat di Awal Kehamilan
Jus Jeruk Bali Atasi Masalah Kehamilan, Ini Penjelasan Ilmiahnya