TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu cara bayi berkomunikasi adalah menangis. Frekuensi dan intensitas tangisan anak berbeda satu lain. Salah satu unsur yang mempengaruhi frekuensi tangis bayi adalah respons orang tua.
Hasil penelitian terbaru, bayi di Inggris adalah yang paling sering menangis pada minggu-minggu pertama kehidupan seperti dikutip dari laman Daily Mail. Orang tua yang cepat merespons menjadi penyebab anak sering menangis. Sebab, anak tak terbiasa menenangkan diri mereka sendiri ketika menangis.
Berbeda dengan negara lain, misalnya Denmark yang lebih mengutamakan kontak langsung antara kulit orang tua dengan anak, sehingga anak lebih tenang. Para orang tua di Denmark juga lebih rileks dan tidak merespons secepat kilat ketika anaknya menangis.
Selain Inggris, bayi di Kanada, Italia dan Belanda juga lebih sering menangis dibanding Denmark, Jerman, dan Jepang, di mana frekuensi tangis bayi terjadi paling rendah. Secara umum, bayi biasanya menangis sekitar 2 jam per hari dalam dua minggu pertama kehidupannya.
Puncaknya, anak akan menangis hingga 2 jam 15 menit per hari selama 6 minggu dan intensitasnya berkurang menjadi 1 jam 10 menit pada minggu ke-12. Penelitian yang dilakukan oleh University of Warwick menganalisis 8.700 balita di seluruh dunia, termasuk Jerman, Denmark, Jepang, Kanada, Italia, Belanda, dan Inggris.
Terakhir, salah seorang peneliti Dr Wolke mengingatkan para orang tua untuk tidak merasa bersalah jika frekuensi anak menangis cukup tinggi pada tiga bulan pertama. Sebab, memang sukar menenangkan sekitar 40 persen tangis bayi pada tiga bulan kehidupan anak meski dengan berbagai cara.
Berita lainnya:
April Mop, Hati-hati Jika Ingin Ngerjain Anak
Refleksi, Cara Efektif Menghentikan Tangis Bayi
Tangis Bayi Mempengaruhi Kemampuan Kognitif Orang Tua