TEMPO.CO, Jakarta - Banyak gaya hidup masa kini yang berisiko mengalami neuropati, karena banyak melakukan gerakan yang berulang-ulang. Beberapa kegiatan gaya hidup yang berisiko menderita neuropati atau kerusakan pada bagian ujung saraf-saraf tepi, yaitu rutinitas jari yang bersentuhan dengan gawai, mengetik di laptop, mengetik di papan ketik, mengendarai motor, memakai sepatu hak tinggi, menyapu lantai, atau memegang tetikus.
Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdosi Pusat dan Konsultasi Neurologis dari Departemen Neurologi FKUI/RSCM, Manfaluthy Hakim mengatakan ada empat aktivitas dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang paling besar berisiko neuropati. Beberapa diantaranya adalah jari terlalu sering bersentuhan dengan gawai atau pekerjaaan yang berulang-ulang mengetik di papan ketik. "Dengan aktivitas yang berulang-ulang, saraf bisa terjepit," ujarnya.
Head of Marketing Consumer Health PT Merck, Tbk., Anie Rachmayani mengatakan hasil penelitian Merck pada 2015 menunjukkan lebih 50 persen masyarakat melakukan aktifitas dan gaya hidup sehari-hari yang berisiko neuropati. Jumlah risiko relatif merata di kota-kota besar. Namun risiko di Jabodetabek mencapai sekitar 47 persen dan menjadi yang paling tinggi dibandingkan dengan di kota lainnya seperti di Surabaya, Malang, Denpasar, Bandung, Medan, Palembang, dan Makassar. Di kota selain Jakarta, risiko neuropati rata-rata mencapai 40 persen.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 16.800 responden itu meningkat seiring bertambahnya usia. Pada usia 20-29 tahun terdapat 14 persen yang berisiko neuropati, usia 30-39 tahun (25 persen), 40-49 tahun (29 persen), dan lebih dari usia 50 tahun (32 persen).
BISNIS
Artikel lain:
Menjaga Hamil Anak Kembar
Salah Kostum di Kantor, Jangan ya
Logika Olahraga Bikin Pria dan Wanita Sulit Punya Anak
Baca Juga: