Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kiat Menghadapi Anak dengan Gangguan Sensori

Editor

Sandra

image-gnews
Ilustrasi anak autis jalani terapi. shutterstock.com
Ilustrasi anak autis jalani terapi. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Anak kerap berteriak dan menangis kencang tanpa sebab dan menyebabkan suaranya menjadi serak. Ini salah satu gejala anak menderita Sensory Processing Disorder (SPD) atau Gangguan Proses Sensoris. Pada balita, gangguan ini dikenal sebagai Gangguan Regulasi Pengolahan Sensori. 

Gangguan Proses Sensorik (SPD) adalah suatu kondisi dimana tubuh dan otak memiliki kesulitan mengolah dan menanggapi rangsangan sensorik dari lingkungan. Beberapa orang dengan SPD hipersensitif terhadap suara keras atau makanan bertekstur yang berbeda, misalnya; atau mungkin gelisah oleh tekstur pakaian. Ada juga anak yang hampir tidak memberi respon apapun terhadap rangsangan dari luar.

Berdasarkan hasil penelitian, 5 - 16 persen anak-anak di Amerika Serikat menderita SPD. Namun sayang, tidak semua dokter memahami SPD, karena tidak termasuk dalam daftar Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.

SPD sering ditemukan pada anak-anak dengan autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan lain. The American Academy of Pediatrics mengatakan dalam sebuah pernyataan kebijakan 2012, bahwa masih belum jelas apakah anak-anak dengan masalah sensorik memiliki kondisi yang berbeda, atau apakah hal tersebut merupakan gejala gangguan perkembangan dan perilaku lainnya.

Karen Harpster, direktur penelitian terapi okupasi di Rumah Sakit Anak Cincinnati Medical Center, mengatakan terapis okupasi di rumah sakitnya mengobati puluhan pasien SPD setiap minggu. "SPD dapat mempengaruhi hanya satu rasa, seperti pendengaran, sentuhan atau rasa, atau beberapa indera," ujarnya.

Gangguan proses sensorik juga dapat mempengaruhi sistem vestibular tubuh, sehingga ia mengalami kesulitan dengan keseimbangan, atau sistem proprioseptif, cenderung kaku dan posisi tubuh.

Tak hanya pada anak kecil, orang dewasa pun dapat memiliki SPD, "meskipun masih kurang jelas karena mereka belajar cara untuk mengimbangi," ujar Harpster. Harpster mengatakan bahwa ia telah menangani anak dengan SPD yang berbakat secara akademis, tidak memiliki autisme atau gejala ADHD.

Di Cincinnati Children, perawatan ini disebut integrasi sensorik, di mana anak melakukan kegiatan bermain untuk membantu belajar memberikan respon yang sesuai. Anak-anak bermain rintangan dengan berbagai kegiatan sensorik, seperti ayunan untuk membantu gangguan keseimbangan. Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien beradaptasi agar mereka memberikan respon dengan lebih baik. 

"Kami masih mengembangkan penelitian untuk mendukung pengobatan berbasis sensorik," kata Harpster. Program intensif umum di Cincinnati Children terdiri dari 3 sesi per minggu selama sekitar enam minggu, dengan frekuensi yang bervariasi. 

Meskipun gejalanya dapat dikendalikan, namun kasus SPD tidak dapat disembuhkan secara total, demikian dikatakan Lucy Jane Miller, pendiri STAR Institute for Sensory Disorder Management, di Denver.

Di sini, pasien diajari bagaimana cara mengatasi gangguan. Program terapi instensif STAR sekitar 30 sesi durasi 1 jam setiap harinya selama beberapa minggu. Saat ini asuransi tidak dapat mengcover perawatan untuk SPD, karena gangguan ini tidak diakui. Sebagian besar terapi dibayarkan jika merupakan bagian dari diagnosis lain seperti autisme, ADHD atau kelemahan otot.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dasar dari perawatan di STAR Institute adalah kegiatan bermain bersama orang tua. Anak-anak diletakkan di ayunan, jaring atau lubang bola dan diberikan rangsangan yang berbeda sehingga mereka dapat belajar untuk mendeteksi, mengatur dan menginterpretasikan sensasi dan motorik yang sesuai dengan respon perilaku.

"Anda mencoba untuk memberi mereka sensasi bermain bersama," kata Miller, ahli dalam terapi okupasi dan pendidikan khusus anak usia dini. Kebanyakan pasiennya berusia antara 3 - 7 tahun. STAR mulai bekerja dengan orang dewasa dengan SPD pada bulan Juli.

Perangkat elektronik menyebabkan anak-anak mengalami masalah sensorik, Dr. Miller mengatakan. "Anak-anak tidak bisa memasuki sistem sensorik mereka lagi. Mereka tidak lagi berguling-guling dan bermain, "ujarnya.

Tujuan terapi adalah membantu keluarga dalam membantu anak-anak agar lebih baik mengatur respons dalam menerima respon sensorik. Menurut Miller, anak-anak dapat menikmati sarapan, atau bersitegang dengan sang ibu di pagi hari. "Kami membuat gaya hidup sensorik untuk anak-anak agar mereka mendapatkan banyak sensasi sebelum mereka berangkat sekolah," ujarnya.

Studi struktur otak anak terdiagnosa SPD menunjukkan adanya gangguan dasar biologis, kata Pratik Mukherjee, ahli radiologi dan bioteknologi di University of California, San Francisco. Studi menunjukkan bahwa anak-anak dengan SPD kurang berkembang sebagian besar materi putih di bagian belakang otak mereka dibandingkan dengan anak-anak normal. Daerah posterior otak adalah tempat pengolahan sensorik terjadi, ujarnya.

Penelitian tahun 2013 yang diterbitkan dalam jurnal online NeuroImage: Clinical, ini melibatkan 16 anak laki-laki dengan SPD dan 24 anak normal. Penelitian lanjutan,yang diterbitkan awal tahun 2016 oleh Frontier Neuroanatomy, menemukan hasil yang sama pada analisa dari 81 anak anak laki-laki dan perempuan. Mukherjee, penulis kedua penelitian ini mengatakan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah faktor biologis mempengaruhi SPD. "Hal ini menunjukkan ke arah itu," ujarnya.

Setelah terapi okupasi, anak yang suka mengamuk saat berada di tempat keramaian dengan lampu yang terang ternyata berhasil mengatasi masalah dengan keseimbangan dan posisi tubuh, selain hipersensitivitas sentuhan. Sesi terapi okupasi dimulai mingguan meliputi ayunan, latihan orientasi spasial dan alat peraga untuk menenangkan. Dengan terapi sensorik diharapkan si anak dapat merespon ransangan sensorik dalam aktivitas sehari-hari. 

THE WALL STREET JOURNAL | DINA ANDRIANI 

Baca juga:
Stop Bermain Ponsel dalam Gelap
Bolehkah Kita Mengkonsumsi Mie Instan?
Jangan Biarkan Anak Terpaku di Depan Televisi Lebih dari 3 Jam

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

50 hari lalu

Nikita Willy bersama anak pertamanya, Issa Xander Djokosoetono. Foto: Instagram/@nikitawillyofficial94
Pola Asuh Anak yang Diterapkan Nikita Willy di Tengah Kesibukan

Nikita Willy memahami kunci pola asuh yang baik adalah dengan menerapkan rutinitas sehari-hari yang konsisten meskipun sebagai ibu yang juga bekerja.


Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

50 hari lalu

Ilustrasi ibu bahagia saat mencium anaknya. Foto: Unsplash/Humberto Chavez
Pola Asuh Pintar dan Manfaatnya pada Perkembangan Anak

Ibu perlu menerapkan pola asuh yang fokus pada aspek perkembangan anak sesuai usianya yang disebut smart parenting. Cek manfaatnya.


Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

23 Januari 2024

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini. Foto: Canva
Mengenal Helicopter Parenting, Dampak, dan Antisipasinya

Helicopter parenting adalah pola asuh ketat orang tua terhadap seorang anak. Kenali ciri, dampak, dan antisipasinya berikut ini.


Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

9 Januari 2024

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya. Foto: Canva
Mengenal Pola Asuh Strawberry Parent dan Ciri-cirinya

Strawberry parent adalah model pola asuh di mana orangtua terlalu banyak membantu atau memanjakan anak. Ini penjelasan dan karakter gaya didiknya.


Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

10 Desember 2023

Ilustrasi anak memandang pohon Natal. Unsplash.com/Greg Rosenke
Kesalahan yang Biasa Dilakukan Orang Tua pada Anak di Hari Natal

Pakar parenting menyebut ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan orang tua terhadap anak-anak mereka di momen Hari Natal. Apa saja?


Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

28 November 2023

Ilustrasi anak marah-marah. Shutterstock.com
Menjadikan Anak seperti Raja, Efeknya Justru Merusak

Ada anak yang merasa bisa berpikir dan berlaku sesukanya, bisa juga mengacu pada anak manja. Penyebabnya mereka selalu mendapatkan segala keinginan.


4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

23 November 2023

www.graphics.iparenting.com
4 Reality Show Parenting dari Korea, Ada yang Membuat Orang Tua Menangis

Reality show parenting dari Korea yang sedang trending saat ini


Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

20 November 2023

Sulitnya Melakukan Komunikasi dengan Anak Praremaja (Depositphotos)/Tabloid Bintang
Psikolog Sarankan Authoritative Parenting untuk Anak Remaja, Ini Alasannya

Pola asuh authoritative parenting bisa memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi tindakan yang mereka ambil.


5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

27 September 2023

Ilustrasi anak dan orang tua melakukan kegiatan seru. Freepik.com/Jcomp
5 Bukti Seseorang Jadi Orang Tua yang Baik

Peran orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang anak, terutama untuk mendidik dan menjadi teladan yang baik.


Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

30 Agustus 2023

Ilustrasi keluarga. (Pexels/William Fortunato)
Mengenal Pola Parenting Asah Asih Asuh pada Anak dan Manfaatnya

Kenali pola parenting asah, asih, asuh yang wajib dipenuhi orang tua pada anak dan manfaatnya kini dan kelak.