TEMPO.CO, Jakarta - Melania Trump mulai menjalankan tugasnya sebagai Ibu Negara Amerika Serikat dengan menjamu pertemuan makan siang yang dihadiri kalangan petinggi perempuan di AS dalam agenda Hari Perempuan Sedunia di Gedung Putih pada Rabu, 8 Maret 2017.
Beberapa tokoh perempuan yang hadir dalam jamuan tersebut adalah istri Wakil Presiden Amerika Serikat, Karen Pence, Penasihat Presiden Kellyanne Conway, Sekretaris Pendidikan Betsy DeVos, Menteri Transportasi Elaine Chao, Senator Susan Collins, R-Maine, Senator Shelley Moore Capito, Administrator Usaha Kecil Linda McMahon, duta besar Monaco untuk Amerika Serikat Maguy Maccario Doyle, desainer Rachel Roy dan Ivanka Trump.
Pada pertemuan itu, Melania, yang mengenakan gaun hitam rancangan Ralph Lauren, berpidato mengenai kesetaraan gender serta kebebasan perempuan. “Sebagai seorang imigran yang tumbuh dalam lingkungan komunis, saya mengerti betul nilai dan pentingnya kebebasan dan kesempatan yang sama (bagi kedua gender),” kata wanita yang bulan depan menginjak usia ke-47. Acara ini disebut-sebut sebagai keluarnya Melania yang selama ini kerap ‘bersembunyi di balik layar’.
Sejak pelantikan suaminya sebagai Presiden AS pada Januari lalu, pamor Melania meningkat pesat. Jika sebelumnya popularitas Melania hanya sebesar 36 persen, kini, sejak Maret 2017, meningkat hingga 52 persen. Penulis buku First Women, Kate Andersen Brower, menyebutkan bahwa publik melihat mantan model asal Slovenia itu sebagai ‘kekuatan yang tersembunyi’ dan figur ibu.
“Dia benar-benar kebalikan dari suaminya,” kata Brower. Berbeda dengan Donald yang kerap dikecam karena cuitan-cuitan dari akun Twitternya, Melania lebih jarang mengekspresikan dirinya lewat media sosial. “Menurut saya, masyarakat justru menyukai sifatnya yang tidak menggembar-gemborkan dirinya untuk menjadi sorotan publik,” kata dia. Keaktifan Melania Trump akhir-akhir ini sebagai ibu negara juga disebut sebagai faktor yang turut meningkatkan popularitasnya.
Sebelumnya, Melania Trump kerap menuai kritik dengan kebiasaannya bersembunyi dari publik dengan mengurung diri di Menara Trump, sementara sang suami, Donald Trump, memimpin AS di Gedung Putih. Bulan lalu, ketika Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan istrinya, Akie Abe, berkunjung ke AS, Melania kembali dikritik karena absen mendampingi Akie selama masa kunjungannya tersebut.
Ia dibanding-bandingkan dengan beberapa mantan ibu Negara AS sebelumnya, Michelle Obama dan Laura Bush, yang mendampingi Akie untuk tur keliling kota – yang disebut sebagai tugas wajib bagi setiap ibu Negara AS – pada kunjungannya tahun 2007 dan 2015.
Seolah menanggapi kritik yang beredar, Melania akhirnya menemui Abe dan istrinya di Pangkalan Militer Andrews di Maryland, sebelum terbang bersama dengan pesawat kepresidenan Air Force One ke Pantai Palm, Florida. Di sana, Melania mendampingi Akie berkeliling taman.
Mendalami perannya sebagai ibu negara, Melania juga dikabarkan membantu merencanakan pertemuan resmi mendatang di Gedung Putih yang akan dihadiri gubernur-gubernur di AS. Tugas Melania sebagai ibu negara kemudian dilanjutkan dengan melakukan kunjungan balik ke Mount Vernon, Virginia, AS yang diundang oleh gubernur-gubernur tersebut. Kini, Melania dianggap mulai keluar dari bayang-bayang suaminya.
Setelah menikah, tidak jarang perempuan tenggelam dalam bayang-bayang suaminya. Perempuan acap kali berada ‘di balik layar’ dan kehilangan identitasnya utuhnya sebagai individu. Mereka dianalogikan sebagai ‘bulan’ yang tidak memancarkan cahaya sendiri, tetapi hanya merefleksikan cahaya matahari.
Seperti halnya yang terjadi pada istri mantan Presiden AS Bill Clinton, yaitu Hillary Clinton yang sebelumnya dicalonkan oleh partai Demokrat sebagai kandidat Presiden AS ke-45. Hillary yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS kerap diasosiasikan dengan suaminya dan dianggap berkat suaminya lah ia bisa berada di posisinya tersebut. Menanggapi hal tersebut Hillary menegaskan, “Sayalah Menteri Luar Negeri AS, bukan suami saya!” pada kunjungannya ke Kongo tahun 2009 lalu.
Keluarnya Melania Trump serta Hillary Clinton dari bayang-bayang suaminya, membuktikan bahwa perempuan mampu mendobrak bias gender yang menganggap eksistensi wanita hanyalah sebagai pelengkap pria.
DAILYMAIL | WORLD PULSE | GUARDIAN | ZARA AMELIA
Baca juga:
Aturan Menonton Televisi dan Main Gadget untuk Anak 1,5 Tahun
5 Hal yang Patut Dipertimbangkan untuk Resepsi Pernikahan
Stop Menyakiti Diri dengan 7 Kebiasaan ini