TEMPO.CO, Jakarta - Bengawan Solo Restaurant di Hotel Grand Sahid Jaya telah dikenal luas, khususnya oleh kalangan ekspatriat. Beroperasi pada 1991, restoran yang kental dengan nuansa dan menu Jawa tersebut kini hadir dengan sentuhan baru yang kreatif dan modern, serta masih mengandalkan menu Nusantara.
Untuk menguatkan budaya Jawa, sebuah foyer dengan empat sosok Punakawan dalam wujud patung setinggi hampir satu meter menjadi aksen penerima tamu di resto ini. “Tujuannya untuk merangkul tamu usia muda karena Punakawan merupakan simbol perpaduan generasi muda yang ceria dengan pelanggan setia kami yang sudah berumur,” kata Public Relation Manager Grand Sahid Jaya Jakarta, Putri Pratiwi.
Baca Juga:
Sosok Punakawan kembali dihadirkan di meja makan dalam wujud gambar Semar, Petruk, Gareng dan Bagong di atas piring. Begitu pula pada buku menu, sosok Punakawan kembali tampil dalam rupa gambar karikatur, seperti Petruk yang sedang menyajikan makanan dan Gareng yang sedang meracik di depan kompor.
Punakawan juga mendominasi dekorasi Bengawan Solo Restaurant. Beberapa lukisan di dinding menampilkan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Uniknya, jika lukisan-lukisan ini disatukan, maka menjadi sebuah lukisan yang mengandung filosofi kehidupan urban masa kini.
Semar dilukiskan sebagai sosok pengusaha yang identik dengan gadget dan grafik keuangan, Petruk dan Gareng tampil dengan jas, berdasi, dan menggenggam telepon seluler. Sementara Bagong dilukiskan sedang memanjat gunung.
Aksen Punakawan yang identik dengan warisan leluhur sejalan dengan menu tradisional. Chef Yandi Rahdian dan Chef Jerry Fodor merupakan penggagas hidangan di Restoran Bengawan Solo.
Agar menu tradisionalnya terasa kental, Chef Yandi Rahdian menggunakan bahan dasar lokal ketika meraciknya. Chef Jerry Fodor menggunakan kreasinya untuk mendapatkan tampilan yang unik di setiap hidangan.
Berita lainnya:
Renyah dan Gurihnya Keripik Bit
Perawatan Kulit Anti Keriput untuk Kulit Sensitif
Seks Pranikah, Dampaknya bagi Anda dan Pasangan